Lihat ke Halaman Asli

Corry LauraJunita

Tsundoku-Cat Slave

Review Buku "Educated"

Diperbarui: 22 Februari 2022   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pertama membaca buku Educated ini, saya sama sekali tidak mengetahui siapa itu Tara Westover. Kebetulan aja buku ini lewat di list buku yang mendapatkan penghargaan Goodreads Choice Award dan saat saya cek di Gramedia Digital, bukunya ada jadi saya pustuskan untuk membaca. Educated  merupakan memoar Tara Westover, seorang sejawaran yang baru masuk sekolah formal usia 17 tahun, dan mampu menyelesaikan Ph.D dengan beasiswa dari perguruan tinggi terbaik dunia.

Tara merupakan anak dari Gene dan Faye yang merupakan jemaat Mormon yang mungkin termasuk fanatis jika dibandingkan dengan jemaat lainya. Gene percaya bahwa kiamat akan datang pada akhir tahun 1999, sehingga dia mengumpulkan segala perlengkapan untuk bertahan hidup saat kiamat menjelang. Gene juga percaya bahwa pemerintah suatu saat akan menyerbu ke rumah mereka, sehingga dia menyuruh anak-anaknya untuk menyiapkan ransel berisi alat survival, supaya bisa bersembunyi ke pegunungan.

 Tara dan saudara-saudaranya tidak memiliki catatan kependudukan hingga usianya 9 tahun, tidak pernah ke rumah sakit bahkan saat dia dan keluarganya mengalami berbagai kecelakaan mengerikan. Ayahnya bekerja sebagai kontraktor dan memiliki lahan tempat penyortiran barang rongsok seperti mobil-mobil bekas. Tara dan saudaranya kerap bekerja membantu di sana, dan sering mengalami kecelakaan. Semua luka-luka dirawat di rumah dengan menggunakan obat herbal buatan ibunya. Ibunya, Faye, atas dorongan ayahnya menjadi bidan komunitas (tidak resmi), dan memproduksi obat herbal serta minyak atsiri untuk pengobatan non medis. Pada akhirnya, usaha ini berkembang menjadi bisnis mereka.

Tara juga mengalami penganiayaan oleh salah seorang kakaknya. Kakaknya Shawn, merupakan seorang yang manipulatif dan memiliki emosi yang meledak-ledak. Hubungan Tara dan Shawn sedikit rumit, karena setelah menganiaya Tara, Shawn akan bersikap sangat lembut dan baik. Hal ini membuat Tara kesulitan mendeskripsikan apa yang sebenarnya dia alami. Keluarga Tara, terutama Ayah dan Ibunya tidak berbuat apa-apa saat Shawn memukuli Tara. Mereka menganggap itu bukan sesuatu hal yang penting, bahkan menganggap penganiayaan itu tidak ada, Shawn hanya menunjukkan kasih sayangnya dengan cara berbeda.

Tara mulai berpikir untuk mencari pendidikan secara formal setelah terinspirasi oleh salah satu dari kakaknya yang berhasil keluar dari rumah dan mendapat beasiswa di BYU, sebuah universitas di kota mereka. Tara belajar sendiri, dan harus melawan perasaan bahwa apa yang sedang dia usahakan adalah dosa besar. Hal ini terutama karena ayahnya berulang-ulang memberi tahukan bahwa Tuhan telah berbicara kepada ayahnya, Tara tidak perlu sekolah.

 Tara berhasil masuk ke BYU seperti kakaknya, tetapi kesulitan dalam hubungannya dengan dosen dan rekannya sesama mahasiswa. Gagal dalam ujian, sakit dan tidak bisa minum obat karena takut tubuhnya tercemar, tidak mau menerima bantuan bahkan dari pendeta di gereja yang dia ikuti, semua karena di dalam dirinya tertanam bahwa orang-orang disekelilingnya kafir.

Perlahan-lahan Tara mulai mengerti situasi keluarganya, paham pada penyebab perbedaan pandangan begitu mengakar pada mereka dan memberikan perhatian lebih pada pendidikannya. Tara mengikuti sebuah pertukaran mahasiswa di Cambrige, mendapat tawaran beasiswa hingga akhirnya mendapatkan kesempatan (dan mengambil kesempatan itu setelah pergumulan berat) untuk menempuh pendidikan hingga Ph.D.

Kesuksesannya dalam pendidikan tidak membuat posisinya di mata keluarga berubah. Tara dianggap sebagai anak hilang dan melenceng dari ajaran agama. Tara yang berusaha mengkonfrontasi perlakuan buruk yang dia terima, terutama dari Shawn semakin membuatnya jauh dari keluarga.  Hal ini bahkan membuat Tara meragukan ingatan dan dirinya. Tara merasa bahwa dialah yang gila. Pada akhirnya Tara menyadari, apa yang dia rasakan bukan kesalahannya. Tara tidak visa serta merta mengubah keluarganya. Taralah yang harus memutuskan tinggal atau mencari hidup baru.

Buku ini membuat saya sedikit tercengang, karena bagi saya Amerika itu adalah negara yang sangat teredukasi penduduknya. Layanan kesehatan dan kesadaran terhadap hak anak juga tinggi. Saya sungguh tidak menyangka ada anak-anak yang memang tidak mengenal pendidikan dan layanan kesehatan karena pilihan orang tua. Doktrin yang didapat dari keluarganya pun sangat membekas di dalam diri Tara. Kekhawatirannya untuk menerima bantuan dan mengkonsumsi obat nyaris membuatnya mati. Kehidupan Tara juga menunjukkan bahwa budaya patriarki juga bisa ditemukan di mana-mana. Ibu Tara yang memilih mendiamkan kekerasan yang dialami Tara dan memilih suaminya karena merasa tidak punya suara dan kuasa atas dirinya. Shawn yang merasa terusik karena adiknya semakin mandiri yang membuatnya merasa bahwa perempuan tidak akan bisa mampu bertahan tanpa keluarganya. Begitu banyak isu kekerasan dan rasialis yang bisa kita lihat di buku ini.

Buku ini mendapat banyak tanggapan terutama dari keluarga Tara. Ibu Tara bahkan menuliskan buku yang dianggap sebagai counter atas ingatan putrinya. Bukunya diberikan judul nyaris sama "Educating". Tetapi, keluarga Tara ada yang  memberikan dukungan terhadap Tara yang dapat dilihat dari beberapa komentar mereka di forum buku. Hal ini membuat saya yakin bahwa Tara tidak melebih-lebihkan pengalamannya. Apa yang dia rasakan adalah nyata. Hal ini yang membuat saya selama berhari-hari merenungkan alangkah sedihnya kehidupan yang dia rasakan. Perbedaan usia kami hanya 2 tahun tetapi pengalaman hidup yang dia rasakan seperti keluar dari buku abad 18.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline