Virus SARS CoV-2 ternyata membawa banyak kejutan bagi penduduk dunia. Kemunculannya di awal tahun 2020 dikenali dengan timbulnya gejala pada saluran pernapasan, membuat media memberitakannya sebagai wabah pneumonia misterius. Pada akhirnya pneumonia ini kita kenal sebagai COVID-19.
Penyakit ini ternyata memiliki berbagai gejala walaupun gejala pernapasan masih yang paling dominan ditemukan. Gejala cardiovascular, gejala pada saluran pencernaan, bahkan gejala mirip dengan stroke juga pernah dilaporkan sebagai gejala yang muncul pada penderita COVID-19.
Tingkat keparahan yang ditimbulkan oleh penyakit ini bervariasi. Orang dengan penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, penyakit pada saluran pernapasan dikhawatirkan akan mengalami infeksi yang lebih buruk. Selain itu faktor usia juga merupakan salah satu penentu tingkat keparahan.
Orang dengan usia dibawah 45 tahun dianggap cenderung mengalami infeksi ringan dan bahkan tidak perlu sampai dirawat di rumah sakit. Anak-anak bahkan dinyatakan nyaris kebal pada infeksi ini.
Meskipun di Indonesia Ikatan Dokter Anak menyatakan sebaliknya. Kepulangan pasien sembuh pertama di Indonesia bahkan diiringi oleh seremoni oleh pejabat negara, menguatkan pendapat bahwa penyakit ini tidak seberbahaya yang diberitakan media. Hingga saat ini tingkat kesembuhan di Indonesia dianggap cukup baik dan selalu dibandingkan dengan negara-negara lain.
Ternyata COVID-19 memberikan kejutan baru bagi semua, terutama para penyintasnya.
Swab negatif ternyata tidak menjamin pada penderita COVID-19 pulih sepenuhnya. Memang telah ada penelitian sebelumya bahwa paru-paru penderita tidak akan bisa pulih seperti semula terutama untuk penderita yang sempat harus menggunakan alat bantu pernapasan.
Covid symptom Study menemukan bahwa rata-rata penderita sembuh setelah menjalani pengobatan selama dua minggu, tetapi banyak diantaranya yang masih merasakan gejala hingga berbulan-bulan lamanya.
Penderita yang telah dipulangkan ke dari tempat perawatan masih merasakan kondisi tubuh yang lemah, sakit kepala, mual, batuk, anosmia, sakit pada bagian tenggorokan, dan nyeri dada beberapa bulan setelah dinyatakan bersih dari virus. Fenomena yang dialami oleh para penyintas ini sekarang dikenal sebagai "Long Covid".
Professor Tim Spector dari King's College London yang memimpin studi mengenai gejala COVID-19 menyatakan bahwa semakin lama penyakit ini dipelajari, semakin banyak keanehan yang muncul.