Sebelum merajut kisah jagung rebus Pulau Timor, marilah kita melihat sekilas ilustrasi tentang Rama Mangunwijaya dan Komunitas Relawan Grigak! Tujuan saya adalah agar setiap kita dapat mengetahui korelasi jagung rebus ala Pulau Timor dengan dinamika anggota Komunitas Relawan Grigak dalam meruntuhkan tembok ketakutan psikologi dalam bingkai komunitas dengan latar belakang sosial-budaya, pendidikan, karakter, dan pola pikir yang begitu majemuk.
***
Komunitas Relawan Grigak adalah sekumpulan mahasiswa yang mendengarkan gerakan hati untuk berjuang melanjutkan karya kemanusiaan Rama Mangun (Almarhum Rm. Y.B. Mangunwijaya, Pr.) di Grigak, Gunung Kidul. Sekitar tahun 1987, Rama Mangun ke Grigak setelah diajak Wasmi (Siswi SMK Tarakanita yang magang di Kali Code).
Di Grigak Rama Mangun membantu warga Grigak untuk mengangkat air dari mata air di bawah tebing Pantai Grigak dengan menggunakan teknologi pompa air manual (pompa dragon). Sebelum menggunakan pompa dragon, Rama Mangun bersama warga Grigak membuat jembatan bambu (beberapa kali) dan jembatan permanen (menggunakan semen, pasir, dan karang) dengan tujuan untuk meminimalisir keselamatan warga Grigak ketika berjuang melewati tepi-tepi tebing atau melompati karang-karang berlumut dan bergeriri demi mencapai sumber mata air di bawah tebing Pantai Grigak. Sejak tahun 1987-1990, Rama Mangun tinggal seorang diri di Pantai Grigak pada sebuah gubuk (hasil desain arsitektur Rama Mangun).
Di komunitas ini kami berdinamika bersama warga Pedukuhan Karang, Desa Girikarti, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Dinamika kami antara lain memanfaatkan energi matahari melalui panel surya untuk mengangkat air dari mata air di bawah tebing Pantai Grigak, membuat pondok baru Rama Mangun (pembangunan dihentikan karena belum mendapatkan ijin dari Dinas Tata Ruang Gunung Kidul), gardu pandang, kolam-kolam ikan, dan kolam renang di bibir Pantai Grigak.
Terlepas dari semua dinamika yang bernuasa pembangunan fisik itu, pada Tahun 2020 ini, Komunitas Relawan Grigak mengusung misi keceriaan anak melalui program kegiatan Bimbingan Belajar. Kegiatan ini sudah dimulai sejak November 2019. Berdasarkan analisis kebutuhan terhadap dinamika Relawan Grigak dengan anak-anak Pedukuhan Karang, Bimbingan Belajar adalah model dinamika baru bernuasa sumber daya manusia.
Seiring berjalannya Bimbingan Belajar, Relawan Grigak melakukan stuti banding tentang konsep pendidikan Rama Mangun di SD Eksperimen Kanisius Mangunan, Kampung Code, Sanggar Anak Alam Yogyakarta, dan Rumah Rama Mangun (Dinamika Edukasi Dasar). Selain itu, Relawan Grigak juga mengkaji konsep pendidikan Rama Mangun melalui jalur literasi kepustakaan baik melaui media cetak maupun media elektronik.
Tujuan dari kegiatan pencarian teori dan praktik ini adalah untuk mendesain dan menerapkan pola Bimbingan Belajar Relawan Grigak bersama anak-anak Pedukuhan Karang dalam bingkai konsep pendidikan Rama Mangun, yaitu "Di mana Hati Diletakkan, Di Situ Ada Proses Belajar."
***
Demikianlah ilustrasi profil Komunitas Relawan Grigak. Selanjutnya, melalui konten Pangan Lokal Bernutrisi ini, saya ingin mengisahkan tentang bagaimana dampak pangan lokal nusantara (khususnya Pulau Timor) bagi aggota Komunitas Relawan Grigak dalam meruntuhkan tembok ketakutan psikologi.
Menurut penyuluh (dalam Bahasa Jawa: 'yang menghidupkan api') Komunitas Relawan Grigak, Rm. P. Wiryono, SJ. cara-cara untuk meruntuhkan ketakutan psikologi (Blocking Psychology) dalam komunitas adalah melalui permainan-permainan, nonton, kemah, olahraga, dan masak bareng. Nah... cara terakhir inilah yang menurut saya sangat berdampak pada keberanian semua anggota komunitas dalam berbicara, mendengarkan, bertanya, menanggapi, memberikan saran dan kritik, serta satu hal yang selalu mendapatkan tempat dalam dinamika komunitas ini adalah "canda memberi candu."