Petang itu baru saja memulai pertunjukannya. Sebuah perayaan nestapa yang mulai dengan menenggelamkan matahari. Petang mendesain panggung pertunjukan dengan bias matahari yang baru ditenggelamkan. Memang petang selalu cerdas mendesain panggung dan menyajikan pertunjukan. Kali ini dua sejoli bergaris biru yang akan menggemparkan panggung paradoks itu. Sungguh, petang akan menyajikan tarian sensual dua garis biru di atas nestapa matahari tenggelam. Gerakan demi gerakan telah berhasil menggerakkan imaji para penonton.
Semarak pertunjukan ini semakin afdol ketika petang menyapu angin dari ujung Samudera Hindia. Membiarkan aingin yang tersapu meliuk di atas Samudera Hindia hingga tiba pada gulungan-gulungan ombak di Pantai Grigak sebelum menabrak karang dengan mesra. Dua garis biru masih menari. Aku tak sempat mendengar musik yang berdendang di ujung Samudera Hindia itu. Mungkin petang memainkan alat musik Suku Indian. Love Flute. Sebuah seruling yang dapat media relaksasi.
Sementara itu, matahari yang sedari tadi ditenggelamkan petang sedang dikawal oleh bala tentara petang. Matahari begitu tabah. Ia terlihat bahagia menjalani tugasnya. Terbit pagi, terik ketika siang, dan ditenggelamkan petang demi sebuah senja. Ia diborgol sejak memasuki goa, menyusuri lorong, berulang kali tersungkur sebelum dilindingkan pada ujung lorong itu. Entahlah matahri terpaut ke mana? Yang pasti ketika matahari sampai ke tempat peraduannya, sebuah guncangan akan menindikasikan puncak dari pertunjukan petang itu.
Dua garis biru telah berhasil menampilkan pertunjukan sempurna. Mereka baru saja selesai. Dua garis biru baru saja melahirkan keturunan baru. Tujuh garis biru baru melengkapi angka sempurna dalam sebuah konsep bilangan. Sukaria menggelegar, samudera bersorak, daratan berteriak, dan langit pun bergemuruh. Pertunjukan petang itu pun selesai. Dua Gris Biru menuruni anak tangga panggung sembari menggendong ketujuh garis biru baru itu.
Corma Hulk (Yogyakarta, 16 Januari 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H