Catur merupakan sebuah olahraga otak dan permainan yang menarik. Ia telah menjadi idealisasi model ketika orang bicara tentang beragam aspek kehidupan. Dengan imbuhan pe-an, yang menjadikannya kata benda, catur bisa menjadi frase yang beragam. Ketika digandengkan dengan politik, ia menjadi Percaturan Politik. Dengan Bisnis, berubahlah ia menjadi Percaturan bisnis. Bahkan mungkin ada juga yang menggandengkan dengan asmara yang menjadikannya percaturan asmara. Sebelum melanjutkan lebih jauh, saya ingin sedikit bercerita. Beberapa menit sebelum memulai menulis ini, baru saja menyelesaikan sebuah permainan catur korespondensi melalui twitter. Posisi akhirnya, anda bisa lihat pada gambar diatas. Jika tertarik melihat langkah demi langkahnya, silakan ikuti tautan ini http://chesstweets.com/games/2343 Pemain hitam, lawan saya, menyerah pada langkah ke-21. Penjelasan kenapa dia menyerah adalah ia tak lagi memiliki ruang aman untuk Queen atau dalam bahasa Indonesia sering disebut menteri. Ia melakukan blunder dengan makan pion beracun di petak b2. Akibatnya, bishop hitam saya dengan leluasa mengancam dan ia tidak memiliki ruang aman untuk menghindar. Bagi kebanyakan pemain, jika kehilangan material penting tanpa kompensasi yang memadai atau tak ada peluang untuk improvisasi, tak ada gunanya lagi melanjutkan permainan. Dari posisi akhir permainan itulah ide tulisan ini berawal. Catur Dan Percaturan Politik Yang Penuh Blunder! Secara umum, permainan catur sering digolongkan kedalam dua type berdasarkan strategi besarnya yakni permainan posisional yang cenderung lebih tertutup dan permainan taktis yang lebih terbuka. Kemana arah permainan akan menuju seringkali ditentukan oleh langkah awal pembukaan. Jika kita membuka dengan pion raja, permainan akan cenderung taktis dan terbuka. Sementara jika kita membuka dengan pion menteri, permainan akan banyak pada posisional dan cederung tertutup. Pilihan untuk bermain tertutup atau terbuka akan sangat tergantung pada pengalaman, karakter pemain dan siapa lawan yang dihadapi. Seseorang yang cenderung agresif akan menyukai permainan terbuka dan taktis. Sebaliknya, mereka yang kalem kalem saja, akan lebih menyukai permainan tertutup dan posisional. Pada level kematangan tertentu seorang pemain bisa mengkombinasikan keduanya dan menjadikan permainan mereka solid, seimbang antara posisi dan taktik, menyerang dan bertahan. Pastinya juga, enak ditonton. Terlepas dari permainan itu terbuka atau tertutup, salah satu ide penting dalam permainan catur yang dapat ditarik kemana kita mau nantinya adalah bagaimana menciptakan ruang manuver untuk menjalankan taktik dan strategi yang kita rencanakan dan bagaimana membatasi ruang gerak lawan. Untuk itu diperlukan perencanaan permainan, taktik dan strategi yang jitu pada setiap fase baik itu pembukaan (opening), permainan tengah (middlegame) ataupun permainan akhir (endgame). Membuat perencanaan yang baik, menguasai taktik dan strategi yang jitu pun masih belum cukup untuk memenangkan sebuah permainan tanpa ada inisiatif penyerangan, meminimalisir kesalahan plus kejelian kita melihat dan memanfaatkan kesalahan atau blunder lawan. Hasil akhir dari permainan catur dapat berupa kemenangan, kekalahan atau imbang. Menang atau kalah dalam permainan catur ditentukan diantaranya oleh waktu yakni ketika lawan kehabisan waktu, sekak-mat yakni ketika raja sudah tidak punya ruang gerak dari ancaman musuh dan atau posisi superior yang membuat lawan menyerah kalah. Posisi imbang alias remis bisa karena kesepakatan bersama antar pemain untuk remis, tiga kali langkah yang berulang, stalemate yakni raja tak lagi punya ruang gerak tapi tidak disekak dan tidak adanya material yang mampu mematikan raja lawan. Faktor yang memperbesar peluang memenangkan permainan adalah konsistensi pada rencana permainan, inisiatif menyerang, koordinasi yang baik antar bidak dan kreatifitas bermanuver. Sementara yang mempercepat kekalahan adalah kesalahan-kesalahan yang dibuat sendiri alias blunder dan bermain tanpa rencana yang jelas. Bagi yang tak terlalu akrab dengan catur, mungkin akan berpikir, "Kok kompleks ya?". Jawabnya, mungkin karena kompleksitasnya itulah ia disukai dan dicatut sebagai idealisasi model di berbagai bidang kehidupan yang juga kompleks ini. Politik, bisnis, asmara memerlukan ruang yang cukup untuk bermanuver, menjalankan taktik dan strategi untuk meraih tujuan. Dikalangan politik di Indonesia, ada beberapa pihak yang memainkan strategi permainan posisional yang lambat dan membosankan. Mereka ini lebih mementingkan citra dan bermain aman daripada eksyen nyata yang langsung pada sasaran. Keberpihakan pada kepentingan real dimasyarakat seringkali hanya wacana dan dikalkulasi untuk kepentingan citranya saja. Jika tidak segera dikombinasikan dengan langkah-langkah taktis dan inisiatif yang kreatif mereka ini saya yakin akan ditinggalkan karena orang keburu bosan. Sebaliknya, ada pula kalangan yang bermain terbuka menerapkan beragam taktik dan strategi. Sialnya, dalam permainan terbuka orang lebih berisiko melakukan blunder yang merugikan diri sendiri. Pernyataan-pernyataan yang kontroversial, ketidak mampuan memilah mana yang remeh temeh dan serius seperti misalnya pada kasus salaman, statemen soal bencana, statemen pembubaran ormas adalah blunder yang bisa jadi justru mendatangkan kekecewaan para pemilihnya dan yang pasti akan memberi peluang bagi lawan-lawannya untuk mengekploitasi blunder-blunder itu pada waktunya nanti. Selain mereka yang main aman dan yang penuh blunder, ada satu lagi kelompok yang cenderung hanya main super aman. Mereka ini bermain hanya untuk mencari hasil remis. Main sekedarnya saja. Ya, sekedar dapat jatah di kabinet, sekedar punya wakil di DPR dan sekedar bisa eksis untuk pemilu selanjutnya. Kalaupun ada yang seolah-olah kritis, beroposisi pun hanya sebatas itu saja. Partai seolah olah. Memprihatinkan. Dengan pemain-pemain yang tidak solid memainkan perannya macam itu, kecil kemungkinan kita berharap pada para politisi itu akan adanya perubahan dan kemajuan di negeri ini. Percaturan politik Indonesia terlalu banyak blunder, kurang inisiatif yang produktif dan terlalu membosankan. Tapi sialnya lagi, itulah yang tersedia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H