Lihat ke Halaman Asli

Girindra Sandino

Semua baik-baik saja

Mall, Mini Market Menjamur, Warung kecilku Tetap “Laku”

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tengah himpitan ekonomi yang semakin mencekik, pusat-pusat perbelanjaan untuk kebutuhan sehari-hari semakin menjamur hingga pelosok-pelosok kampung seperti Mall , Mini Market dll. Dampaknya warung-warung kecil tempat biasa membeli kebutuhan sehari-hari atau sembako, terancam musnah, ada yang sepi pembeli, ada yang tutup karena bangkrut. Bayangkan saja, sekarang ini, mini market-mini market berdiri hanya beberapa meter.

Tentu hal ini membuat pusing pemilik-pemilik warung-warung kecil yang menjual sembako demi menghidupi keluarganya. Sebut saja, si Mamat, pemilik warung kecil yang ramah dan selalu menyapaku setiap kali lewat. Pun menjelang malam, untuk menghilangkan jenuh, sedikit mencari hiburan dan inspirasi, Mamat selalu hadir menemaniku hingga larut di warung kecil 24 Jamnya itu.

Suatu waktu, akhir Juli kemarin (tanggal tua), aku lewat warungnya sore-sore, seperti biasa Mamat menyapaku. Lantas terjadi obrolan singkat, Mamat pemilik warung, sambil merapihkan galon-galon air mengeluhkan sesuatu, katanya:”Biasanya tanggal tua begini, warung gw “LAKU.” Terang saja dahiku mengerenyit, penuh tanda tanya, lalu kutanya: “Laku apanya?”, Mamatpun menjawab: “LAKU DIUTANGIN.” Kami berduapun lantas tertawa-tawa.

Obrolan singkat itu, selalu menggelitikku setiap akhir bulan, jika melihat warung-warung kecil yang digempur oleh pembangunan-pembangunan mini market-mini market, juga mall-mall yang menyediakan pusat perbelanjaan.

Coba saja, tengok sekitar, ketika awal bulan, tentu sebagian banyak orang gajian, atau katakanlah sedang dapat rezeki. Rata-rata mereka berbelanja di Mall yang mempunyai fasilitas pusat perbelanjaan, seperti sembako, atau mini market terdekat untuk kebutuhannya, baik itu untuk sehari-hari maupun untuk stok bulanan. Akan tetapi, setiap “tanggal tua”, coba tengok sekitar lagi, untuk kebutuhan sehari-hari yang mendesak, juga mengingat kantong mulai menipis, sasaran mereka adalah MENGUTANG di warung-warung kecil. Apes sekali si Mamat temanku pemilik warung kecil itu, karena baginya menagih hutang bukan perkara mudah, dimana masyarakatnya sudah saling kenal dan solidaritasnya tinggi. Tidak pula orang-orang bayar hutang ke warung sekaligus, ada yang nyicil sampai dua bulan, itupun baru satu orang, bagaimana warga lain yang mengutang saat keadaan mendesak.

Tks…Peace!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline