Lihat ke Halaman Asli

Mega Soekarnois, Bukan Soekarnoisme

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Soekarnois” kata keramat ini muncul kembali jelang pemilu tahun 2014, nama besar Bung Karno dijadikan icon kampanye guna raih kursi namun ajarannya dilupakan atau bahkan dikhianati.

Iseng-iseng buka Google mencari arti “Soekarnois” dan “Soekarnoisme” , ternyata bermakna berbeda.

Soekarnois artinya pengagum ajaran Bung Karno dan Soekarnoisme adalah sebagai pengikut paham dari Soekarno.

Berbeda dua kata tersebut akan teruji apakah benar-benar seseorang benar-benar seorang Soekarnois atau Soekarnoisme.

Karena yang getol menganggap dirinya Soekarnoisme adalah PDIP Megawati, patut dipertanyakan Benarkah Megawati sungguh-sungguh mengikuti "garis Soekarno" atau seorang “Soekarnoisme”, seperti yang diklaimnya selama ini?

Di bawah ini terdapat beberapa fakta yang menegaskannya:

Soekarno adalah seorang Marhaenisme adalah ideologi yang menentang penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa , mengangkat kehidupan rakyat/orang kecil. Orang kecil yang dimaksud adalah petani dan buruh yang hidupnya selalu dalam cengkeraman orang-orang kaya dan penguasa. Akan tetapi ketika Megawati justeru menerbitkan Kebijakan Buruh Outsourcing yang justeru mengebiri hak-hak kaum buruh.

Soekarno adalah orang yang anti kapitalisme dan kolonialisme. Soekarno sangat menjunjung tinggi kedaulatan, harga diri, dan martabat negara. Dia berani berkata "Go to Hell" kepada AS dengan Bank Dunia dan IMF-nya. Bahkan mengancam akan menasionalisasikan sejumlah perusahaan asing jika tidak mau tunduk pada kontrak karya yang adil.

Megawati malah sangat tunduk pada kekuatan imperialisme dan kolonialisme Barat. Tim ekonominya terdiri dari "orang-orang IMF dan Bank Dunia",.

Pemerintahan di bawah Megawati menerbitkan UU No.19/2003 tentang BUMN yang sangat pro liberalisme dan imperialisme. Salah satu agenda utama kubu imperialisme dan kolonialisme dunia seperti AS, IMF, dan Bank Dunia, adalah privatisasi BUMN. Dan Megawati dengan UU No.19/2003-nya telah memberikan landasan legal-formal yang sangat lengkap bagi upaya-upaya privatisasi BUMN ini.

Soekarno sangat menjunjung tinggi musyawarah dan demokrasi, akan tetapi wacana tidak mau menyerahkan tampuk pimpinan PDIP diluar trah Soekarno ataupun pencapresan harus mengandung unsur trah Soekarno saat ini, amatlah bertolak belakang dengan prinsip Demokrasi yang diajarkan Bung Karno.

Itulah sedikit coretan mabok_perawan, dengan harapan agar elite negeri jangan memakai nama besar pendiri bangsa ini demi kursi kekuasaan, namun mengingkari ajarannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline