Lihat ke Halaman Asli

Pecandu Sastra

Blogger dan Penulis

Dari Pulih Kita Diingatkan Bahwa Tidak Ada Trauma yang Abadi

Diperbarui: 24 Mei 2024   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Pulih karya Fajar Sulaiman. Foto Pecandu Sastra - 2024. Ist

       Beberapa waktu lalu saya akhirnya memutuskan untuk meminang buku yang seringkali muncul di beranda instagram. Buku self improvement dengan nuansa hitam ini terbit secara indie. Selain penulisnya yang sudah cukup dikenal oleh kalangan pembaca, kedua karya penulis sebelumnya memang banyak diminati, terbukti keduanya seringkali menjadi rekomendasi para pembaca buku di instagram (bookstagram) melalui ulasan-ulasannya.

Berjudul Pulih, karya Fajar Sulaiman ini disusun dari gagasan-gagasan yang ia bagikan melalui pulih.id -- sebuah forum daring di instagram yang ia inisiasi sebagai wadah untuk berbagi kisah dan solusi, serta gerakan pulih bersama.

Berbeda dengan Sabar Paling Dalam (SPD) dan Ikhlas Paling Serius (IPS) yang langsung to the poin menyampaikan inspirasi dan kalimat motivasinya di setiap sudut halaman. Maka dalam buku ini agak berbeda, penulis bercerita terlebih dahulu terkait sebab luka itu ada, lalu diakhir kalimat ia menyuntikkan vitamin motivasi dan refeksi diri. Bagi saya, ini jauh lebih menarik dari sebelumnya. 

Dicetak dengan ketebalan viii + 240 halaman, buku ini terdiri dari 12 bab dengan berbagai pembahasan; overthinking, quarter life crisis, insecurity, dan depresi dari berbagai aspek kehidupan. 

Selain fragmen kalimat yang quotable dan relatable - penulis juga mencantumkan beberapa contoh kasus, baik dari kisah penulis sendiri maupun orang-orang terdekat. Bahkan, ada pula pengikutnya di media sosial yang turut serta bercerita.

Gaya menulisnya yang terkesan tidak menggurui, mewakili keadaan atau perasaan pembacanya. Dan, di saat yang sama pula menguatkan pembaca. Isinya menarik, penuh dengan renungan diri serta memotivasi. Menurut penilaianku, buku ini pada akhirnya mengajak pembaca berani mengambil keputusan dengan cara dan jalan yang baik. Membacnya seperti menyelami samudera diri, karena hampir sekian kisah yang dipaparkan, aku alami. Meski kesamaan tidak terletak di awal dan akhir cerita.

Melalui buku ini, penulis seolah ingin mengingatkan, bahwa semakin dewasa diri maka akan ada banyak hal yang membingungkan - tidak sesuai rencana. Dan, kita harus berusaha memperjuangkan hidup sembari mengobati luka-luka yang disimpan sepanjang perjalanan.

Penulis mengajak kita melihat masalah-masalah orang di sekitar kita, kemudian mengajak kita untuk bersyukur bagaimana pun keadaan yang sedang kita hadapi, selalu percaya bahwa setiap masalah yang kita hadapi pasti ada jalan keluarnya, dan membuat kita sadar bahwa terus berlarut dalam kesedihan hanya akan membuat kita terus terperangkap.

Bersama buku ini diharapkan kita bisa melihat tiap kejadian dengan sudut pandang yang positif. Sehingga dapat menuju pulihnya masing-masing. Sebagaimana yang penulis katakan dalam buku ini, bahwa; "tidak ada trauma yang abadi, yang ada hanyalah kita yang tidak benar-benar ingin sembuh karena menyangkal realitas. Terima dan berdamai lah dengan menjalani proses yang ada. Masa lalu yang traumatis bukan berarti masa depan jadi ironis."


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline