Lihat ke Halaman Asli

Pecandu Sastra

Blogger dan Penulis

Tidak Hanya Kamu, Semesta juga Tidak Sempurna | Ulas Buku Semesta Bercerita

Diperbarui: 24 Mei 2024   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semesta Bercerita. Foto: Pecandu Sastra. Dokpri

Bagaimana rasanya diabaikan, disisihkan, bahkan menjadi asing di tengah keramaian dan hiruk-pikuk dunia? Tidak pernah dipedulikan dengan kondisi maupun perasaan yang tengah dirasa. Lingkungan pergaulan maupun keluarga yang diharapkan sebagai tempat kembali yang nyaman, serta dia yang biasa menjadi sandaran di kala pundaknya dibutuhkan, kini semua menghilang tanpa ada rasa belas kasih dan kepedulian.

Ya, begitulah kehidupan. Terkadang, kita banyak dihadapkan dengan mimpi-mimpi yang berguguran. Perjalanan yang terhenti di persimpangan dan kekecewaan yang tidak berkesudahan. Kejam memang, namun semua pasti ada maksud dan tujuan.

Dunia dewasa memang tidak seindah kita bayangkan kala dalam balutan kasih sayang semasa dini dulu. Senda gurau, ceria, tawa, bahagia, pupus begitu saja ketika usia mulai beranjak. Dewasa memang menyakitkan, tidak sebaik angan dan pikiran kita saat dulu kala.

Apakah kamu merasakan hal yang sama? Jika demikian, bersikap arogan bukanlah solusi, hal itu justru akan memperparah keadaan dan luka. Ada baiknya berteman atau lebih baiknya kita menerima. Bukankah kita tidak boleh menjadi manusia paling egois, dengan memaksakan skenario kita di atas skenario yang telah Tuhan gariskan? Tugas kita ialah menerima dengan hati yang lapang dan paling serius, serta berusaha untuk tidak membenci sebuah kenyataan. Sebab menerima adalah cara terbaik untuk menghilangkan jejak kesedihan yang masih tersisa.

Dalam sebuah buku yang saya baca beberapa waktu lalu, dengan judul Semesta Bercerita -- Alma sebagai penulis yang menamai dirinya Astronotess  mengatakan; "beda manusia, beda pula ceritanya. Tidak perlu menyamakan, apalagi membandingkan. Terima saja sesuai dengan porsinya."

Melalui Semesta Bercerita, Alma berkisah dengan mengambil latar antariksa - menghidupkan peran para penghuni angkasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya. 

Siapa sangka, penghuni antariksa yang kita elu-elukan sebagai mahluk sempurna ternyata menyimpan deritanya dalam diam. Sebagaimana Pluto yang sebenarnya ada, namun seolah tiada -- ditelan nebula-nebula gelap setelah diasingkan oleh planet-planet di sekelilingnya. Cerita Pluto menjadi salah satu bagian kisah semesta yang menjadi pembelajaran berharga di tengah permasalahan kita sebagai manusia taat kala menginjak usia dewasa. Berhadapan dengan mimpi-mimpi yang berguguran, perjalanan yang berhenti di persimpangan, dan kekecewaan yang tak kunjung berkesudahan.

Semesta bercerita adalah kumpulan kisah luka yang dibalut dengan sudut pandang semesta, dari berbagai masalah yang dihadapi. Kisahnya sangat relate dengan berbagai badai yang tengah menerpa manusia. Para pembaca akan menemukan banyak nasihat yang bisa menjadi kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan dan kembali bersemangat. 

Siapa sangka jika setiap karakter yang coba Alma hidupkan, nyatanya mampu membantu pembaca pulih dan bangkit dari keterpurukan dan menumpas ketidak percayaan diri.

Buku yang diterbitkan oleh Klik Media pada tahun 2023, dengan ketebalan viii + 223 halaman ini ditulis mengenakan bahasa yang sederhana. Sehingga setiap pembaca akan mudah memahami apa yang disampaikan oleh penulis. Tiap lembar cerita diakhiri dengan kalimat-kalimat nasihat dan motivasi. Hal ini tidak hanya menjadi daya tarik, melainkan menambah nilai plus untuk karya yang luar biasa ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline