Lihat ke Halaman Asli

Pecandu Sastra

Blogger dan Penulis

Beduk Kyai Saman Ingatkan Peran Masyarakat dalam Makmurkan Masjid

Diperbarui: 24 Mei 2024   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar Film Pendek Beduk Kyai Saman, NU Online. Ist 

Oleh: Pecandu Sastra

Apa jadinya 'rumah' sebagai sarana ibadah yang sakral mengalami krisis identitas -- hilang makna. Bukan lagi menjadi tempat kembali, bahkan ia menjelma sesuatu yang ditakuti oleh masyarakat, terutama anak-anak.

Dalam sebuah tayangan film pendek berjudul Beduk Kyai Saman yang disutradarai sekaligus penulis naskah, Vedy Santoso  -- menggambarkan sebuah masjid besar yang berada di tengah-tengah padatnya penduduk kampung. Meski berada di tengah keramaian, kesepian dan kegundahan selalu saja dirasakan.

Mbah Atmo (Hasyim Turmudzi) merasa sangat prihatin taat kala memasuki 'rumah' tersebut. Sudut demi sudut bangunan tua itu tak henti ia pandangi dengan kedua matanya. Saban waktu, saat ia kembali ke 'rumah' itu, sembari menanti kedatangan tamu yang barangkali tergerak untuk hadir memenuhi panggilan, ia lantunkan syair demi syair pujian kepada sosok yang dirindukan. Sayangnya, hingga bait terakhir disenandungkan, seorang pun tak tergerak hatinya untuk datang.

Suatu ketika usai melaksanakan shalat jum'at berjamaah, warga yang datang digemparkan dengan hilangnya beberapa sandal di antara mereka. Baik jamaah anak-anak maupun bapak-bapak. Mewakili warga, Haji Imran (Iwan RS) memberi usul dalam rapat dadakan tersebut, bahwa di masjid harus dipasang CCTV agar tidak lagi ada kejadian kehilangan di waktu mendatang. Hal ini pula dimanfaatkan Haji Imran untuk meraih simpati masyarakat, ia menyatakan siap menjadi penanggungjawab dalam penyediaan CCTV, karena ia berniat mencalonkan diri sebagai kepala kampung dalam pemilihan yang akan digelar pada waktu dekat.

Tidak hanya itu, Haji Imran juga meminta agar beduk yang ada di beranda masjid dibuang. Selain membuat berisik, juga ada yang mengadu kepadanya jika mengalami hal mistis saat melakukan ronda malam dan beristirahat di dalam masjid -- ketika bangun dari tidur, tiba-tiba sudah berada di dalam beduk.

   Baca artikel film lainnya: Film Vina Sebelum Tujuh Hari, Kisah Nyata Pembullyan yang Mengharu Biru dan Menyayat Hati

Film pendek yang merupakan persembahan Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta yang bekerjasama dengan Kancing Baju Pictures ini seakan mengingatkan peran masjid di tengah-tengah kita.

Pemandangan yang digambarkan dalam film ini sangat relate dengan apa yang terjadi. Animo masyarakat terhadap masjid sangatlah jauh dari kata cukup, kita bisa melihat ketika shalat maghrib dan subuh jamaahnya hanya dalam hitungan jari. Bahkan ada pula yang hanya seorang diri (hanya dia yang jadi muadzin, imam, dan makmum).

Kita sibuk dengan tampilan masjidnya saja, tapi kita lupa bahwa masjid tidak hanya butuh tampilan mewah dan megah. Kita disibukkan dengan membangun bangunannya, tapi lupa dengan membangun kepekaan kita. Kita sigap dalam memberi saran, tapi enggan untuk berperan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline