Lihat ke Halaman Asli

Pecandu Sastra

Blogger dan Penulis

5 Hal yang Harus Dilakukan Pencari Ilmu

Diperbarui: 22 Mei 2024   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi aktivitas menuntut ilmu. Foto: NU Lampung. 

Menuntut ilmu merupakan usaha seseorang untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi sebab salah satu tujuan dasarnya adalah menunjukkan jalan kebenaran supaya manusia terhindar dari kebodohan.

Agama Islam memberikan perintah menuntut ilmu kepada laki-laki dan perempuan, tidak ada perbedaan diantara keduanya karena menuntut ilmu memiliki nilai ibadah. 

Kemuliaan ilmu sudah jelas diketahui oleh setiap orang, karena ilmu merupakan keistimewaan yang diperuntukkan khusus bagi mahluk yang bernama manusia. Sebab, semua perangai selain ilmu sama-sama dapat ditemukan dalam manusia atau binatang. Seperti keberanian, keperkasaan, kekuatan, kedermawanan, belas kasihan, dan berbagai naluri makhluk hidup lainnya, kecuali pengetahuan.

Dengan ilmu, Allah swt., menampakkan keutamaan Nabi Adam as., atas para malaikat serta memerintahkan mereka bersujud kepadanya. Sebab kemuliaan ilmu tidak lain adalah karena kedudukannya sebagai perantara menuju kebaikan dan ketakwaan yang dengannya seseorang mendapat kemuliaan di sisi Allah dan kebahagiaan abadi.

Berbicara perihal menuntut ilmu, setidaknya ada lima hal yang harus dilakukan para pencari ilmu atau dalam istilah Islami (tholibul ilmi). Kelima hal tersebut di antaranya; pertama, doyan tahajjud. Dalam hal ini, kata 'doyan' bukan suka. Melainkan sudah menjadi hobi, sebab jika hanya suka, maka ia akan sesuka-sukanya. Ketika lagi pingin tahajjud dilaksanakan, saat lagi malas tidak dilaksanakan. Doyan haruslah terus-menerus, tidak ada liburnya. Oleh karena seseorang yang mengaku tholibul ilmi harus istiqamah shalat malam.  

Kedua, taqwa fii sirri wa alaniyyati; yaitu takut kepada Allah dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dalam segala keadaan. Takwa tidak hanya di depan manusia, tapi takwa di belakang manusia. Tidak sekadar tampak di permukaan, juga ada di dalam hati. Di segala keadaan harus senantiasa takut kepada Allah, sebab beribadah bukan saja ketika bersama manusia, tapi juga dalam kesendirian. Meninggalkan larangan-Nya bukan karena ada mata manusia yang melihat, namun karena Allah lah semata. 

Ketiga, Dawamul Wudhu. Para tholibul ilmi harus senantiasa dalam keadaan suci. Menyucikan badan dari najis dengan cara berwudhu. Dengan itu maka akan lebih memudahkan seseorang mendapatkan ilmu Allah. Para ulama terdahulu telah mencontohkan dawam wudhu.

Keempat, aqlu li syar'i, la li syahwi; menjadikan makan sebagai kebutuhan untuk sarana ibadah, bukan untuk kebutuhan syahwat. Dalam hal ini, Kiai Munfasir mengatakan; makan itu dikerjakan ketika seorang yang rukuk sudah tidak sanggup lagi mengangkat badannya untuk i'tidal

Kelima, Siwak. Poin kelima ini adalah hal yang paling mudah. Para tholibul ilmi harus senantiasa membersihkan mulutnya dengan cara bersiwak. Siwak adalah sunnah Rasul dan dikerjakan oleh para sahabat, tabi'in, tabi tabi'in, dan para ulama. 

Kelima poin di atas harus senantiasa dilakukan para tholibil ilmi, agar hidup semakin berkah dan barokah. Memang tidak lah mudah dalam melakukan hal-hal tersebut, butuh waktu dan usaha ekstra serta pengorbanan dalam prosesnya. Sebagaimana nasihat dari Ustad Habiburrahman El Shirazy atau yang akrab kita kenal Kang Abik; "Layaknya petani, kita harus berlumpur dulu, kepanasan, digigit lintah, bergelut dengan tikus dan ular. Setelah proses kita lalui, tinggal berpasrah kepada Yang Maha Kuasa - teriring doa semoga panen kita berkah bagi hidup dunia dan juga akhirat kelak."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline