Oleh: Disisi S Fatah
"Dari sahabat Abdullah bin Amr RA, ia bercerita; seorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW., dan mengatakan, 'Aku datang kepadamu untuk berbaiat hijrah dan kutinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.' Rasulullah menjawab, 'Pulanglah, buatlah keduanya tertawa sebagaimana kau membuat mereka menangis,'" (HR. Abu Dawud).
Salah satu kunci untuk meraih ridha-Nya kemudian menjadi ahli surga adalah adanya ridho ibu untuk anaknya. Maka pantas saja, Rasulullah SAW., menempatkan posisi berbakti kepada orang tua, terutama ibu di atas jihad sekalipun.
Betapa besar perjuangan kedua orang tua, terutama ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan mengurus kita sepenuh hati. Ibu rela mengorbankan harta, jiwa, dan raganya demi kebahagiaan kita. Dengan pengorbanan sebesar itu, patut kiranya kita memberikan khidmah dan bakti yang besar pula. Meskipun demikian, tidak ada hal besar apapun yang mampu membalas kebaikan kedua orang tua, terutama ibu.
Dalam hadis lain, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah SAW., pernah naik mimbar dan mengucapkan amin tiga kali. Beliau ditanya, "Ya Rasulullah, apa yang engkau aminkan tadi?" Beliau menjawab, "Aku telah didatangi Jibril, lalu ia berkata, 'Sungguh hina orang yang (namamu disebut di sisinya), namun ia tidak bershalawat kepadamu. Maka, ucapkanlah amin!" Aku pun mengucapkan amin. Kemudian, Jibril berkata, 'Sungguh hina orang yang mendapati Ramadhan, lalu ia keluar darinya dengan tidak mendapatkan ampunan. Maka, ucapkanlah amin!' Aku pun mengucapkan amin. Selanjutnya, Jibril berkata lagi, 'Sungguh hina orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah seorangnya, namun (kesempatan berbakti kepada keduanya) tidak memasukkannya ke surga. Maka, ucapkanlah amin!' Aku pun lalu mengucapkan amin."
Hadis di atas diperkuat oleh riwayat Imam Ahmad dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sungguh hina, sungguh hina, kemudian sungguh hina, orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah seorangnya di sisinya (semasa hidupnya), namun ia (orang tuanya) tidak memasukkannya ke surga."
Nilai-Nilai Birrul Walidain (Birr Al-Walidain)
Sebagai virtue, birrul walidain (birr al-walidain) diimplementasikan ke dalam berbagai nilai kebijakan, antara lain; pertama, mengasihi dan menyayangi orang tua. Secara ideal, birrul walidain mengandung nilai kasih sayang terhadap orang tua. Kasih sayang anak kepada orang tua tidak dapat digeneralisasi berupa perbuatan yang sama bagi setiap anak.
Kedua, patuh dan hormat kepada orang tua. Kepatuhan ini didasarkan atas asas arahan dan pendidikan orang tua kepada anak. Anak harus taat dan patuh kepada orang tua selama orang tua tersebut memberi arahan dan pendidikan yang baik. Anak juga harus menghormati orang tuanya dengan tidak menghina dan memaki mereka.
Ketiga, berbuat baik kepada orang tua. Berbuat baik dalam hal ini diwujudkan dengan tidak durhaka serta tidak berkata kasar kepada mereka.