Rokedan lubar bada
mangane jajan
Jajane Riwen
Sing dadi kowen
Masih inget lagu di atas?
Petikan lagu tersebut adalah salah satu lagu dolanan yang jadul banget, namanya Rokedan. Mungkin kamu belum lahir, ya, waktu dolanan tersebut lagi ngehits. Dolanan rokedan biasanya dimainkan secara berkelompok. Anak-anak menyanyikan lagu tersebut bersama-sama sambil hompimpa, nah, yang kalah nanti jadi rokedannya, mengejar anak yang lain untuk disentuh. Jika semua pemain sudah disentuh, dolanan baru dimulai lagi. Kayaknya seru, ya?
Anak-anak jaman sekarang mungkin tak mengenal dolanan ini, dolanan yang hampir setiap hari dimainkan anak-anak yang mana saat itu anak-anak masih polos belum tersentuh dunia yang serba canggih seperti sekarang ini. Anak-anak jaman sekarang hanya duduk saja sambil pencat-pencet gadgetnya, memilih permainan sesukanya. Simple sih, tapi tentu ada sisi negatifnya, ya, kan?
Kalau kita kaji sebenarnya dolanan-dolanan masa lampau itu banyak sekali nilai filosofinya. Rokedan salah satunya. Dolanan ini termasuk dolanan lokomotor yang melatih sistem motorik kasar anak-anak, yaitu memerlukan gerakan berlari dalam permainannya sehingga secara tidak langsung permainan ini termasuk olahraga.
Rokedan dilakukan secara berkelompok, nilai filsofinya yaitu dolanan ini mampu menciptakan suasana kebersamaan. Anak-anak tidak pandang latar belakangnya bermain bersama dalam suasana riang gembira. Selain itu, dolanan rokedan juga memiliki nilai kejujuran. Anak yang kalah akan mengakui kekalahannya dengan lapang dada.
Rokedan dan juga dolanan tradisional lainnya adalah warisan budaya lokal yang semestinya perlu dijaga kelestarianya sebagai aset kekayaan budaya, namun sayangnya dolanan semacam ini sudah tergeser dan hampir tak dikenali lagi oleh anak-anak sekarang.