Lihat ke Halaman Asli

Kholik

Orang Kampung yang pengin bisa nulis

Di Atas Langit Ada Langit

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Empat penulis tengah berkumpul di warkopnya Kang Juned. Penulis satu, dua, tiga asyik membicarakan karya-karyanya, sedangkan penulis empat diam saja menyimak dan sesekali berdecak kagum.

“Aku ini penulis novel, banyak karyaku yang best seller, bagaimana dengan ente?” Kata Penulis Satu

“Kalau aku ini penulis puisi, banyak pemuda-pemudi yang pakai puisiku buat ngrayu pasangannya” Ujar Penulis dua

“Sedangkan aku hanyalah penulis cermin dan cerpen, tetapi cermin dan cerpenku banyak diburu orang!” Sela penulis tiga

Sementara itu penulis empat masih diam saja. Menyeruput kopi lantas berdehem kecil. Penulis satu, dua, tiga memandang ke arahnya, mengharapkan apa yang akan keluar dari mulutnya.

“Hey … kok diam saja, jangan-jangan kau tak punya karya … hahaha!!!” Ledek penulis satu. Penulis dua dan tiga ikut mengamininya.

“Kalian memang hebat bro, tapi sejujurnya aku tak kalah hebat dari kalian. Karya yang aku buat itu usianya sepanjang masa. Bahkan, bisa jadi sebuah warisan berharga yang akan terus diingat oleh mereka!”

“Hmmm, kalau boleh tahu apa itu karyamu, heh?” Tanya penulis satu, dua, dan tiga serentak dengan nada yang lebih dekat kepada ejekan.

“Buku pelajaran!” Jawab penulis empat polos lalu segera beranjak pergi meninggalkan teman-temannya yang masih melongo mendengar jawabannya yang polos itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline