Samarinda, 16/1/17
Pilkada DKI menjadi berbeda dengan daerah lain, berhubung berada dipusat Ibukota, wajarlah jika Pilkada DKI hebohnya menyerupai Pilpres.
Tiga pasang Calon yang akan bertarung merupaka sosok tokoh dengan beragam pengalaman, Bahkan saya yang bukan warga DKI ikut terlarut menyaksikan bahkan turut menilai sepak terjang Tiga kontestan itu.
Agus Harimurti Yudhoyona - Silvyana Murni misalnya, Pasangan calon ini hadir dengan tampilan yang beda sendiri. Agus Adalah Calon Gubernur termuda dari para pesaingnya, sebelumnya Agus adalah TNI Angkatan Darat, saat ini berusia 38 tahun. Putra mantan Presiden RI ini diusung oleh Partai Demokrat, PAN, PKB dan PPP. AHY berdampingan dengan Satu-satunya calon yang berasal dari kaum hawa. Parpol pengusung Agus memilih Silvy menjadi calon wakil Gubernur DKI, bukan tanpa alasan, ada banyak pertimbangan kenapa Silvy menjadi pilihan. Pertama silvy mewakili perempuan, dan juga pernah menjabat sebagai Walikota jakarta pusat dan posisi strategis dibeberapa dinas pemprov DKI. selain itu, tentunya tim AHY-Silvy memiliki banyak pertimbangan lain yang dianggap mampu mencuri simpati pemilih.
Pada pasangan nomor dua, Partai PDIP, Hanura, Golkar dan Nasdem mempersembahkan kader terbaiknya untuk memimpin Jakarta. Basuki C.Purnama atau yang akrab disebut AHOK adalah pilihan mereka untuk melanjutkan posisi yang telah diduduki beberapa tahun terakhir. AHOK merupakan mantan Gubernur Babel yang berhasil mencuri perhatian parpol (PDIP dan Gerindra) sehingga dipercaya mendampingi Jokowi memimpin jakarta 5 tahun lalu. Ditengah jalan, Jokowi terpilih menjadi Presiden, dan Ahok dilantik menjadi Gubernur definitif, PDIP lalu memilih Djarot menjadi wakilnya. Pasangan ini yang kemudian kembali diusung menjadi Cagub-Cawagub DKI 2017.
Selain dua pasang Paslon diatas, Sosok fenomenal turut dihadirkan oleh Partai Gerindra dan PKS. Prabowo berkeyakinan bahwa Anis Baswedan bersama Sandiaga Uno adalah sosok yang layak dan pantas memimpin Jakarta 5 tahun kedepan. Anis sendiri adalah Mantan Menteri Pendidikan di era Jokowi, hanya saja anis menjadi salah satu menteri yang menjadi target evaluasi, hingga akhirnya dinonaktifkan pada tahun kedua. Anis baswesan dulunya adalah Calon Presiden, ia sempat mengikuti Konvensi Partai Demokrat, ketika Demokrat tidak mengusungnya lalu Anis memilih untuk bergabung pada tim pemenangan Jokowi-JK. Sedangkan Sandi Uno adalah Sosok pengusaha muda yang sukses, sandi merupakan Cawagub terkaya dari semua paslon yang ada. Pasangan calon nomor urut 3 ini diperkirakan mampu mencuri simpati pemilih pemula dan kalangan akademisi.
Ketiga Paslon tersebut diatas tentunya memiliki track record yang berbeda, selain itu masing-masing paslon juga punya batu sandung yang merupakan warisan dari para petinggi yang memberi dukungan full dibelakang layar. Secara otomatis masing-masing paslon akan dikaitkan dengan para bintang yang ada dibelakangnya.
Pada paslon Agus-Silvy tentunya yang menjadi sorotan adalah sisa-sisa kebijakan dan "dosa" SBY ketika menjabat sebagai Presiden selama 10 tahun. Jelang pilkada, Kebijakan di era SBY kembali diungkap, ntah sengaja atau kebetulan. Tapi faktanya, Agus adalah putra Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI dua periode.
Pada Paslon Ahok-Djarot justru mendapat banyak rintangan, selain karena berada dibawah kendali sang ratu Megawati, Ahok sudah mendapat "hukuman" dari jutaan ummat muslim atas kasus penistaan Agama Islam. Akibat ucapan Ahok, jutaan Ummat Islam pernah melakukan Demo besar-besaran di Jakarta dan juga hampir diseluruh daerah.
Sedang Anis-Sandi bukan berarti aman, Sosok Prabowo telah terstigma dibenak banyak orang. Selain itu, Anis telah dianggap menjadi sosok yang tidak konsisten dalam berpolitik. Setelah gagal jadi capres dari partai Demokrat, Anis menjadi Tim inti Jokowi-JK, setelah diberentikan dari Menteri oleh Jokowi, Anis kemudian merapatkan barisan pada Grup Prabowo. Anis telah memasuki semua kelompok kekuatan politik di Republik ini, Mulai dari Grup Cikeas, Koalisi Indonesia Hebat, dan masuk pada pentolan Koalisi Merah Putih.
Terlepas dari itu semua, tetaplah Masyarakat DKI sebagai penentunya. Rakyat DKI yang akan menentukan siapa yang terbaik dari ketiga sosok itu. Semoga tidak salah menentukan pemimpin. Salam Demokrasi !!!