Lihat ke Halaman Asli

"Coretan Ampas Kopi" Kebanggaan dan Kenikmatan Menjadi Indonesia

Diperbarui: 15 September 2018   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Coretan Ampas Kopi"

Kebanggaan dan Kenikmatan menjadi INDONESIA

Madiun, Senin Legi 03 September 2018.

Masih tergolong pagi. Matahari hampir sepenggalan. Mandi. Sarapan. Lalu Mengayuh sepeda menuju Kedai Coretan Ampas Kopi. Tak perlu dengan biaya mahal hanya untuk mencari sebuah hiburan. Duduk di bangku Kedai Coretan Ampas Kopi. Berbincang dengan pemiliknya. Seorang yang buta huruf. Namun memiliki keahlian mumpuni dalam meracik kopi secara tradisional. Dari mana ia mendapatkan keahlian itu sudah saya ceritakan di beberapa edisi lalu. Tak perlu diulang pada edisi kali ini. Sebab cerita ini tak akan lebih dari satu paragraf. Ya. Kali ini. Pagi ini. Tumben Mas Tatag pemilik kedai mengajak ngobrol saya. Membahas topik yang masih hangat. Euforia Asian Games 2018. Kompetisi olahraga multievent di benua Asia. Mempertandingkan berbagai nomor cabang olahraga. 45 negara di belahan Asia ikut menyemarakkan perhelatan ini.  Jakarta serta Palembang didaulat sebagai tuan rumah. "Indonesia patut berbangga mas", begitu singkat saja katanya. Saya hanya mengangguk menyetujui perkataannya. Lalu ia pun melanjutkan, "bagaimanapun juga rakyat Indonesia termasuk kita selayaknya berbangga ternyata kita mampu menjadi tuan rumah yang ramah". Sayapun sekali lagi hanya mengangguk pelan.  Sebab memang itu tak bisa dimungkiri. "Sebab ini adalah peristiwa langka, kesempatan ini belum tentu akan datang dalam kurun waktu dua puluh tahun ke depan bahkan bisa lebih". Lalu ia melanjutkan lagi, "tahun 1962 adalah kali pertama kita menjadi tuan rumah jika dihitung dari tahun ini, berapa puluh tahun lagi akhirnya kita bisa mendapatkan kesempatan itu lagi?". Tentu itu adalah sebuah merupakan pertanyaan tanpa perlu saya jawab. Sebagai pertanda setuju atas ungkapan-ungkapannya. Tergambar begitu bangganya dirinya menceritakan pagelaran Asian Games 2018 yang sukses. Semalam memang acara itu sudah ditutup melalui persembahan menakjubkan.  Namun euforianya akan terus terkenang dan menjadi kebanggaan. Kembali si pemilik kedai berkata, "bahwa memang kesuksesan kita tak bisa dipandang sebelah mata. Sukses sebagai tuan rumah, sebagai penyelenggara, penjamu negara-negara belahan Asia yang menjadi peserta, juga sukses meraih program perolehan medali yang di targetkan". "Dan ingat mas, 31 kali lagu kebangsaan kita berkumandang ketika atlet kita berhasil meraih medali emas", lanjutnya dengan mimik muka serius. Berada di peringkat 4 (empat) dengan torehan 31 Emas, 24 perak, dan 43 perunggu. Benar-benar prestasi yang membanggakan.  Melampaui target semula yang mencanangkan masuk sepuluh besar dengan target 16 medali emas. Kerja yang luar biasa dari berbagai pihak yang mendukung acara 4 tahunan ini sukses. Sambil menyeruput kopi saya bergumam dalam hati, "meskipun si pemilik kedai seorang buta huruf namun tingkat keingintahuannya akan informasi termasuk dalam kategori cermat dan teliti, juga kebanggaannya pada negeri, nasionalisme sebagai seorang kaum proletar begitu tebal, seorang buta huruf yang memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa cinta pada tanah airnya, INDONESIA." Itu saja cukup.

...End...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline