Lihat ke Halaman Asli

Ada Apa dengan Budaya Antri Tertib?

Diperbarui: 14 November 2021   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah Anda belanja atau ada kebutuhan sesuatu di tempat yang penuh antrian? Mungkin di pasar, di market, di pom bensin, di ATM, atau di mana pun. Anda sudah antri sejak lama dan merasa lelah akibat antrian panjang. Tiba-tiba ada orang baru datang lalu menyela antrian. 

Anda yang antri juga tentu terburu-buru. Meski begitu, Anda sangat membutuhkan sesuatu itu sehingga rela antri lama. Bagaimana perasaan Anda? Bagaimana cara menghadapi orang yang seperti itu? Lalu bagaimana jika Anda berada di posisi itu?

Musim penghujan telah tiba, setiap memasuki waktu siang sampai sore hujan dipastikan turun. Saya hendak melakukan perjalanan ke luar kota dengan mengendarai sepeda motor. Langit tampak sangat gelap pertanda hujan mau turun. Siap berangkat ternyata volume bensin mendekati habis. Saya melaju dengan cepat. Khawatir hujan akan turun dan waktu sudah mendekati gelap.

Dengan jarak cukup jauh, tentu bensin itu tidak cukup. Motor diarahkan berbelok menuju pom bensin. Di sana tampak antrian panjang. Saya menghela napas panjang, pikiran campur cemas. Saya berhenti di belakang motor paling akhir. Antri tertib. Tiba-tiba pengendara motor menyela. Hati saya membatin "Bagaimana orang ini baru datang, terus mengambil urutan mendahului?" Orangnya tampak tidak merasa bersalah. Santai. 

Ketika sudah lama antri juga terburu-buru buru pasti muncul rasa kesal. Namun, cobalah untuk menahan emosi dulu. Alangkah baiknya tetap menyikapi dengan kepala dingin. Cobalah lakukan cara ini untuk menghindari perselisihan:

Bertanya dengan Baik

Sikap yang baik adalah menjalin komunikasi yang baik. Kita tidak pernah tahu kebutuhan orang lain. Cobalah untuk bertanya jika dijumpai orang yang menyela untuk segera dilayani. Jika jawabannya bukan alasan yang mendesak, mintalah dengan baik untuk antri sesuai urutan datang. 

Apabila ada alasan yang mendesak, misal, hendak mengantar seseorang sedang sakit parah, atau kebutuhan yang mendesak lainnya. Tak ada jalan lain dari sikap kita untuk mendahulukan orang tersebut. Kita mencoba untuk berempati kepadanya. Posisikan posisinya kita yang mengalami. Jika hanya satu orang tak akan memakan waktu lama, dia pasti juga membutuhkan yang paling penting saja. 

Penjual Jasa atau Barang Harap Memperhatikan Konsumen

Tempat-tempat yang biasa antri dengan konsumen, harus memperhatikan siapa yang datang lebih dulu. Jika tidak sanggup, maka harus mempertegas dengan ucapan. Jika masih belum tertib juga, berilah papan peringatan "Budayakan Antri Tertib!". Cara yang paling ampuh, sediakan kupon antrian.

Beberapa tempat pelayanan sudah tersedia kupon antrian, seperti di Bank, parkiran wajib STNK dan tempat lainnya. Terkecuali di rumah sakit. Orang yang terancam bahaya nyawanya, boleh hendak didahulukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline