Lihat ke Halaman Asli

Daging Kurban Dijual Demi Beras

Diperbarui: 2 Agustus 2020   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Momen hari kurban masih terasa, sederetan ruang kulkas terasa sasak dengan daging. Mulai dari milik sendiri hingga milik tetangga masuk dengan paksa. 

Berbeda hal dengan masyarakat yang kekurangan bahan pokok terutama beras. Mereka harus merelakan daging merahnya demi beras atau kebutuhan pokok lainnya. Hukumnya memang boleh bagi fakir miskin untuk mengelola dagingnya, hanya saja, harapan hari kurban tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin sama-sama menikmati daging. 

Sedangkan negeri ini masih mengidap penyakit kemiskinan yang terus membengkak. Naik angkanya setiap tahun. Sehingga tidak ada perbedaan antara hari kurban dan hari biasa, di hari kurban pun tidak memiliki beras sehingga menukar daging kurban dengan beras. Menyayat hati!

Bagaimana dengan hari-hari biasa? Apa yang mereka makan? Ingin saya keluhkan tentang ini. Saya melihat megahnya Indonesia dengan segala macam kekayaannya, dari lautan hingga daratan. Ke manakah kekayaan itu pergi? 

Kembali pada hari kurban, hari makan dan dzikir. Kurban bagian dari syariah Islam tentang hubungan manusia dengan sesama. Dari momen ini Allah mengajarkan arti saling memberi dan membantu. Menanamkan rasa kepedulian tinggi dengan berbagi. 

Sekelumit dari ajaran Islam yang membawa kesejahteraan. Satu momen ini memberi kegembiraan bagi si fakir dan miskin. Satu momen yang terjadi setahun sekali, apakah bisa momen ini dirasakan tiap hari? Momen merasakan sejahtera tiap hari? Bisakah? 

Meski ada bantuan sosial ataupun gerakan sosial, mengapa juga tidak membuat angka kemiskinan turun? Keluhan kelaparan, tidak bisa makan, masih kerap menjadi berita hangat yang menyayat.  Apakah bisa negeri ini rakyatnya hidup sejahtera? Dengan cara apakah? 

Setiap hari kurban, saya berharap andai suasananya seperti ini terjadi setiap harinya? Sesekali tersadar, bahwa impian itu akan terus tersembunyi dalam buaian 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline