Lihat ke Halaman Asli

Coolis Noer

Writing to Release an Overthinking

Permudah Sistem Transaksi di Era Digital untuk ASEAN yang Terintegrasi

Diperbarui: 20 Juni 2023   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber: cbmcsolution.id

Semakin bertambah majunya teknologi, saat ini masyarakat menghendaki segala hal dipermudah. Termasuk dalam hal pembayaran dan transaksi. Saat berbelanja, tidak lagi perlu khawatir jika kita kebetulan tidak membawa uang tunai. Dengan didigitalisasinya transaksi pembayaran, kita hanya memerlukan aplikasi payment yang lebih sederhana. Tidak menebalkan dompet, tidak perlu khawatir takut uang jatuh, bahkan tidak perlu khawatir kembalian sebesar Rp 500,- akan diganti permen.

Kemudahan ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat milenial. Tidak hanya bagi pembeli, namun juga merchants atau para pedagang yang kebanyakan juga anak-anak muda yang mencoba terjun di dunia bisnis. Selain lebih efisien, transaksi digital juga memperkecil resiko kerugian akibat uang receh yang tercecer di berbagai tempat.

Sebagai pembeli, kemudahan ini dapat saya rasakan saat jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Lebih-lebih dengan digital payment, pembayaran terkadang menjadi lebih murah karena adanya diskon. Tentu tidak setiap hari, namun hal ini menjadikan saya terbiasa untuk sedikit menyimpan uang di dompet dalam bentuk tunai.

Ketika hal semacam ini berlaku tidak hanya di Indonesia, namun di Kawasan regional sebesar ASEAN, tentunya akan mempermudah dan mempermurah transaksi yang biasanya saya lakukan. Sebagai turis asal Indonesia yang sedang berplesiran di Malaysia misalnya, maka kecil kemungkinan saya harus menukar uang dalam bentuk ringgit. Uang tidak perlu saya tukar tunai saat saya membeli oleh-oleh atau sekadar membeli teh Tarik. Saya hanya perlu men-scan barcode pembayaran di merchant untuk saya masukkan nominal pembelian saya secara elektronik dari bimbit pintar saya. Seperti halnya saat saya jalan-jalan di pusat perbelanjaan di Indonesia, saat saya membeli Gulu-gulu misalnya, pembayarannya hanya perlu scan bar code.

Pastinya sistem yang terintegrasi semacam ini akan memberikan peluang bagi perputaran uang di Kawasan ASEAN lebih sederhana. Jika dulu sebagai turis saya harus mempunyai kartu ATM yang berlogo mastercard atau visa agar saya bisa menarik uang dengan mata uang yang sudah terknonversi ke mata uang negara yang saya tuju saat mengambil uang di ATM negara lain, maka sepertinya dengan integrasi antar bank sentral di negara-negara ASEAN, hal tersebut tidak terlalu dibutuhkan lagi. Kita hanya perlu menginstal aplikasi pembayaran di ponsel kita. Sehingga saat ingin melakukan pembayaran di negara-negara Kawasan ASEAN, tidak perlu lagi kita membayar jasa perusahaan mastercard atau visa yang masuk ke rekening USA/Amerika. Saatnya, ekonomi ASEAN bertumbuh dan saling menguntungkan antar negara-negara Kawasan ASEAN sendiri.

Integrasi pembayaran semacam ini bukan lagi hal mustahil. Namun hanya perlu dimulai. Jika kita melihat ke belakang, perkembangan transaksi digital menggunakan e-money di Indonesia melalui scan QR code yang diperkenalkan oleh Lippo group dengan Ovonya, dalam waktu singkat saat itu sudah mampu mengumpulkan atensi publik karena kemudahan yang ditawarkannya. Sehingga saat ini banyak sekali pilihan metode pembayaran melalui digital payment akibat diminatinya metode pembayaran seperti ini. Bukan tidak mungkin apabila hal seperti ini diberlakukan secara lebih luas di Kawasan ASEAN, akan banyak pula kemungkinan masyarakat Kawasan yang menggunakannya.

Sebagai negara yang paling tinggi PDB nya di Kawasan ASEAN, Indonesia memang sudah sewajarnya menunjukkan kekuatan ekonominya. Termasuk dalam hal ini adalah inovasi teknologi keuangan digitalnya yang tidak hanya menguntungkan Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia namun juga menunjukkan pengaruh Rupiah sebagai mata uang yang penggunaannya terbesar di Kawasan ASEAN. Walaupun saat ini nilai tukarnya masih termasuk yang paling kecil diantara negara-negara lain, namun hegemoni penggunaan Rupiah harus mulai kita tunjukkan.

Sebagai bangsa yang terbesar di Kawasan ASEAN, kemajuan dalam bidang teknologi keuangan di Indonesia seharusnya mulai diperkenalkan kepada negara-negara lainnya. Tidak saja bermanfaat untuk memberikan kemudahan bagi Masyarakat Ekonomi Asean dalam menjalankan transaksi pembelian dan keuangan melalui konektivitas pembayaran, namun juga menunjukkan kewibawaan Indonesia di mata bangsa-bangsa lain di ASEAN terutama dalam lini Inovasi Pembayaran Digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline