Lihat ke Halaman Asli

Laily NurAzizah

Si perempuan Sulung yang ingin membuktikan takdirnya

Dilema Alih Teknologi Industri dan Penghapusan Tenaga Kerja Produksi Rokok

Diperbarui: 16 Februari 2024   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Komoditas tembakau sebagai bahan baku rokok memiliki sumbangsih yang sangat besar dalam pembentukan pendapatan nasional, yakni sekitar 5%  dengan angka Rp.200 triliun/ tahunnya. Angka tersebut diperoleh dari adanya bea cukai dari peredaran produk khusus yakni rokok. 

Permintaan rokok dalam negeri hingga pasar ekspor yang tinggi menjadikan perusahaan tembakau maupun pengolahnnya berusaha meningkatkan produksinya, namun lambat laun produsen rokok skala kecil perlahan mengalami kebangkrutan akibat bea cukai yg tinggi yang tidak diimbangi produksi yang tinggi pula. 

Perusahaan rokok besar masih tetap bertahan bahkan terdapat banyak pesaing dari perusahaan dnegan skala besar lainnya, mislanya saja perusahaan gudnag garam, djarum, sampoerna dsb. Persaingan usaha  mulai dari kualitas, keunikan masing2 produk, harga serta penggunana teknologi yang efisien. 

Perusahaan rokok umumnya berada pada pasra persiangan monopolistik karena produknya unik dan berbeda , sheingga konsumen lebih loyal terhada produk yang disukai dan sulit untuk berpindah ke merk lain. Namun persiangan produksi masih berjalan ketat, apabila produksi rendah maka pangsa pasar merk tertentu akan mudah direbut oleh merk lain.

Peningkatan produksi dengan penggunana teknologi mesin pencetak rokok. Mesin pencetak rokok ini sangat efisien dari segi waktu dan biaya tenaga kerja, perusahaan skala kecil yang menggunakana teknik cetak secara manual perlahan mengalami kebangkrutan. Sisi negatif dari penggunaan mesin pencetak rokok tersebut yakni pengurangan tenaga kerja secara masiv. 

Penyerapan tenaga kerja tentunya kana semakin sedikit sehingga kana meningkatkan pengangguran. Hal yang pelru dilakuakn untuk menghadapi kondisi tersbut yakni sejak awal perusahana harus menetapkan kontrak perjanjian karyawan terkait perubahan metode produksi, mislanya dengan penggunaan mesin maka perusahaan rokok harus memangkas karyawan dan melakukan PHK.  

Tenaga kerja yang ada harus dilatih dan dipersiapkan untuk menghadapi perkembangan teknologi, sehingga jika sewaktu-waktu dialihkan pada posisi dan bidang lain tenaga kerja masih bisa survive. Peningkatan kualitas tenaga kerja sangat penting terutama dari sisi ketrampilan dan soft skill Upaya untuk menghindari konflik tenaga kerja yang di PHK akibat kebutuhan tenaga kerja yang berkurang dnegna adanya mesin,  diantarnaya dnegan memberikan pemahaman diawal, memberikan pelatihan beberapa ketrampilan, dan melakukan PHK secara bertahap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline