Lihat ke Halaman Asli

Karena Djohar Perduli

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kenapa yah, Pak Profesor tidak bisa cuek saja?. Orang-orang seperti itu bukannya tidak usah di tanggapi yah?. Bukankah dulu, si Pak Djoko sudah bilang. Kalau mereka itu, sudah tidak ada hubungannya dengan PSSI?

Bukankah, 13 klub di Liga Prima Indonesia sudah lebih dari cukup untuk menggelar sebuah liga?. Bukankah, Pak Profesor yang di akui resmi oleh FIFA? Oleh AFC?. Bahkan sampai diangkat jadi apa tuh?. Anggota Komite Ad Hoc Liga Profesional AFC. Berarti Pak Profesor dipercaya kredibilitasnya yah? Berarti Pak Profesor dianggap mampu kan?.

Kalau kita jalan sendiri-sendiri saja, memang gak bisa ya Pak Profesor?. Yah, biar saja mereka terus mengusik. Toh, sampai sekarang mereka cuma bisa mengancam. Mereka hanya punya VIVA bukan? Sedang kita punya FIFA. Lagipula bukankah Puang Nurdin pernah bilang, baik itu DPR, Menteri, bahkan SBY sekalipun. Tidak bisa ikut campur urusan organisasi Pak Profesor. Eh, Puang Nurdin di pihak Pak Profesor atau bukan?. Kok, kata-katanya membela Pak Profesor yah?. Jadi walau mereka mengadu pada anak-anak TK sekalipun, mengapakah Pak Profesor tidak bisa cuek?

Aaaah, saya mungkin tahu jawabnya. Mungkin karena Pak Profesor terlalu perduli. Mungkin loh yah. Bukan pada klubnya, bukan pada pengurusnya. Tapi mungkin pada pemainnya. Mau jadi apa mereka kalau klubnya masih di "turnamen" seberang? Main buat tim nasional? Bukannya tidak bisa ya? Main di Liga Champion Asia? Ah, sudah dicoret bukan. Padahal Pak Tri sudah mendaftarkan loh. Terus?. Ya sudah, begitu saja terus. Tidak kemana-mana. Main di turnamen saja. Mungkin merekalah sumber keperdulian Pak Profesor. Sehingga tidak sampai hati cuek bebek, apa perduli gue.

Mungkin, Pak Profesor membayangkan. Bagaimana nanti perasaan para pemain itu. -Terutama yang masih muda yah. Yang sudah habis masa generasinya, potong saja Pak Profesor- Melihat teman-temannya yang dulu bersama membela tim nasional pada ajang se Asia Tenggara. Bisa membela tim nasional lagi. Senior pula. Bagaimana perasaan mereka?. Ah, kalau masih ada rasa nasionalisme, mungkin mereka sedih. Atau iri mungkin. Mungkin mereka pun akhirnya bertanya. Adakah kami salah tempat?. Atau salah jalan?.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline