Lihat ke Halaman Asli

Menanti Kembali Kemerdekaan yang Diamanatkan Seluruh Rakyat Indonesia

Diperbarui: 15 Februari 2017   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keberagaman seakan-akan menjadi kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan Indonesia. Kenyataan bahwa Sabang hingga Merauke dapat ditemukan 1.128 suku bangsa, 742 bahasa daerah, dan 6 agama berbeda seakan-akan hanyalah angka untuk menyatakan bahwa Indonesia memang merupakan negara dengan keberagaman status bangsanya. Bhinneka Tunggal Ika selayaknya berperan sebagai pancang persatuan dan prinsip dasarnya telah mendarah daging di setiap rakyat Indonesia. Setidaknya hal tersebut adalah sesuatu yang diharapkan oleh khalayak banyak, teristimewa sejak Sumpah Pemuda tercipta dan masih selalu menjadi harapan hingga sekarang.

Namun, apakah mungkin, negara besar seperti Indonesia, dengan ribuan etnis serta ribuan pulau dan keberagaman budaya ini dapat mempertahankan dan mengembangkan rasa kebhinekaan tersebut? Jawabannya adalah bahwa hal tersebut sangatlah mungkin. Ini adalah Indonesia yang sedang dibicarakan. Membutuhkan waktu 350 tahun hidup dalam kenistaan penjajahan untuk menyadarkan pemuda dan aktivis pada masa itu bahwa kesatuan adalah harga mutlak yang harus terus diperjuangkan untuk akhirnya menjadi suatu negara yang utuh dan tegar dalam melawan penjajah. Kemerdekaan direbut atas hasil kesatuan dan menjadi suatu peristiwa ikonik dalam sejarah Indonesia.

71 tahun sudah negara ini merdeka. Setiap 17 Agustus rakyat mengapresiasi proses pahit masa-masa tergetir itu dan tentu ujung yang berbuah manis tersebut dengan mengumandangkan lagu kebangsaan ataupun Mengheningkan Cipta. Apakah hal tersebut menandakan bahwa negara ini memang telah dalam status merdeka? 71 tahun adalah usia yang masih sangat muda untuk sebuah negara. Tetapi tidak dapat dipungkiri pula bahwa Indonesia memang mengalami banyak perubahan dalam banyak segi. Segi ekonomi dan politik harus diakui mulai menemukan struktur yang jelas. Namun, apakah kesatuan yang kita dambakan itu masih dapat dirasakan oleh bangsa saat ini?

“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” Hal tersebut dikemukakan Pak Karno kepada bangsanya ketika itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang egoisme seringkali memecah belah kesatuan. Rakyat seakan-akan tidak percaya satu sama lain. Etnosentrisme di atas kemerataan. Kebhinekaan serasa dijajah oleh diri sendiri.

Pak Karno sebagai proklamator negeri ini pernah berkata, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Apakah yang yang dikatakan seorang hebat tersebut menjadi riil di depan mata kita? Apakah benar hal ini yang beliau maksudkan? Indonesia, negara penuh keberagaman ini, memang sedang dilanda kebimbangan dalam mengayomi persaudaraan. Namun, apakah semua ini memang harus terjadi?

Tentu tidak.

Keberagaman harus dijadikan sebuah keunggulan dari negara ini. Kebhinekaan adalah sesuatu yang harus menjadi rantai penghubung di antara semua perbedaan tersebut. Rasa cinta terhadap etnis maupun agama sendiri sangatlah penting. Namun akan ada kebahagiaan tercipta apabila bisa membangun negara ketika semua rakyat bisa berpartisipasi tanpa pandang status sosial dan asal. Kebanggaan akan diraih karena telah menjadi bagian negara Indonesia, negara kebhinekaan, dan berkontribusi atas segala isinya.

Semua itu mudah. Semua bisa. Indonesia satu!

#bersamamerawatperbedaan

Gregorius Brian Tenardi, seorang pelajar SMA Kolese Kanisius, Menteng Raya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline