Lihat ke Halaman Asli

Aldi Muhamad Ramdani

Content Creator Insan Bumi Mandiri

4 Cara Tak Biasa Warga Pedalaman NTT Mendapatkan Air Bersih

Diperbarui: 17 September 2019   14:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga Pura, NTT sedang mengambil air dari sumber air | dokpri

Air bersih merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan. Di kota-kota besar, air bersih dapat dijumpai dengan mudah, bisa lewat sumur atau dari PDAM. Namun, beda halnya dengan di pedalaman NTT. Warga di sana harus menempuh berbagai rintangan untuk mendapatkan air bersih. Berikut adalah 4 cara tak biasa warga NTT mendapatkan air bersih.

1.  Menggali Lubang di Sungai yang Kering

Warga harus menggali kubangan air di sungai untuk mendapatkan air bersih | dokpri

Pada musim kemarau, sungai-sungai di NTT banyak yang kering, apalagi sumur-sumur warga. Walaupun sungainya kering, warga di Kampung Noko, Kab. Timor Tengah Selatan (TTS), NTT bisa mendapatkan air bersih dengan cara menggali tanah di sana. Cukup menggali tanah dengan luas 60 x 60 cm dan dalamnya 20 cm, mereka sudah bisa mendapatkan air.

Biasanya warga Noko membuat dua kubangan air. Satu kubangan air digunakan untuk konsumsi dan yang lainnya untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi dan mencuci. Dari sungai tersebut warga mengambil air dan menyimpannya dalam jerigen. Setelah mengambil air, tak perlu menunggu lama kubangan air tersebut pun terisi kembali.

2. Mengambil dari Sumber Mata Air

Warga pedalaman NTT harus menaiki bukit untuk sampai di sumber mata air | sedekahair.org

Kekuatan kaki warga pedalaman NTT untuk berjalan sudah tidak dapat diragukan lagi. Untuk mengambil air bersih saja, mereka harus berjalan kaki berkilo-kilo meter. Ambil contoh saja di Doluwala, NTT. Mereka harus berjalan sejauh 5 km melewati bukit untuk sampai di sumber mata air.

Di sumber air tersebut, warga melakukan aktivitas bersih-bersih, seperti mandi dan mencuci pakaian. Mandi di sumber air rasanya seperti sia-sia, karena akan berkeringat dan gerah lagi setibanya di pemukiman. Selain itu, sumber air pasti dipenuhi warga karena semuanya mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari di sumber yang sama.

3. Menampung Air Hujan

Pada musim hujan, warga di pedalaman NTT menampung air hujan dalam tangki penampungan. Untuk di daerah Pulau Pura, warga mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat berupa tangki penampungan dengan kapasitas 3.000 liter. Setiap rumah akan mendapatkan satu buah tangki.
Saat musim kemarau tiba, air dalam tangki tersebut pun digunakan. Rata-rata air di tangki akan habis dalam waktu 2 bulan. Sementara untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama musim kemarau, warga harus berjalan kaki sejauh 3-5 km menuju sumber air terdekat.

4.  Membeli Air di "Pasar Air"

Pembagian air bersih gratis untuk warga pedalaman NTT | dokpri

Alternatif terakhir yang akan dilakukan warga pedalaman NTT untuk mendapatkan air bersih yakni dengan cara membeli. Contohnya di pedalaman Kangge dan Mangge NTT, mereka membeli dari "pasar air" yang berupa perahu motor. Pasar air ini akang berkeliling menuju pulau-pulau yang tidak memiliki sumber air sama sekali. Uang yang harus dikeluarkan warga untuk membeli 20-30 liter air sebanyak Rp150.000 -- Rp250.000. Harga tersebut tergantung jauhnya pulau yang didatangi pasar air. Warga akan berkumpul di dermaga dengan jerigen masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline