Labels are for filing. Labels are for clothing. Labels are not for people. ~Martina Navratilova
Kemarin FPI kembali menunjukan keperkasaannya. Kongres kaum homoseksualitas di Surabaya berhasil mereka bubarkan dengan kekerasan. Kembali kekerasan menang, kembali kebodohan menang, kembali kemunafikan menang, kembali kebencian menang. Dan ini sudah abad ke 21. Di dalam agama mana pun, tanpa perlu "polisi susila" macam FPI pun, homoseksualitas tidak mendapat dukungan, setidaknya tidak begitu direstui. Tetapi apakah dengan ancaman dan kekerasan orang yang mempunyai pilihan seksual berbeda dengan kebanyakan dari kita lalu menjadi "normal"? Saya mengerti bahwa kebebasan memilih dalam berpasangan yang seluas-luasnya bukanlah budaya orang timur, tetapi kaum gay dan lesbian Indonesia pun orang timur, bukan? Dan saya rasa pilihan seksual seseorang lebih ke masalah psikologi dibanding budaya. Tidak semua orang barat itu homoseksual dan penganut seks bebas, bukan? Dan tidak semua orang Timur Tengah, asal agama-agama utama di dunia, adalah penyuka lawan jenis. Saya juga mengerti bahwa orangtua mana pun akan sedih melihat anaknya memilih untuk mencintai sesama jenis, tetapi membunuh sang anak pun tidak akan membuatnya untuk mencintai lawan jenis. Memiliki anak yang homoseksual saya rasa tidak sesedih memiliki anak yang munafik. Mengapa kita lebih bahagia jika orang membohongi dirinya sendiri dan kita ketimbang berani jujur menjadi dirinya sendiri? Toh tidak mengganggu siapa pun, malahan FPI dan sebagian kita yang sok moralis yang mengganggu mereka dan hak mereka sebagai individu? Homoseksualitas bukanlah kejahatan seksual. Pemaksaan kehendak, termasuk pemerkosaan, adalah kejahatan. Termasuk pemaksaan kehendak seperti yang dilakukan oleh FPI. Mereka tidak keberatan kongres itu diadakan asalkan tujuannya adalah mengawinkan kaum gay dengan kaum lesbian. FPI itu lucu. Menyuruh seorang gay menikah dengan seorang lesbian itu sama saja dengan menyuruh kita yang menyukai lawan jenis untuk menikahi seorang homoseksual. Ya jelas tidak mungkin kan?
If God had wanted me otherwise, He would have created me otherwise. ~Johann von Goethe
Saya memiliki banyak sahabat yang baik, dan banyak dari mereka adalah kaum gay. Mereka baik bukan karena mereka gay, tetapi karena pada dasarnya mereka memiliki hati yang baik. Dan mereka jauh lebih baik dari beberapa orang penyuka lawan jenis. Moralitas, tingkat kerohanian, dan kebaikan hati seseorang tidak ditentukan oleh pilihannya dalam berpasangan. Lebih jahat mana: seorang homoseksual atau seorang kakek berusia 60 tahun yang memaksa seorang anak perempuan kecil berusia 12 tahun untuk menikah? Siapa yang lebih bejad dalam mengumbar birahinya? Hidup ini adalah sebuah pilihan. Jika seseorang telah memilih dan dipilih oleh jalan hidupnya sendiri untuk menjadi seorang homoseksual, biarlah itu menjadi tanggung jawabnya pribadi dengan Tuhan. Kita tidak perlu memiliki polisi moralitas yang kejam, sedangkan Tuhan sendiri adalah sosok yang penuh kasih. Agama mana pun mengajarkan kebaikan. Saya percaya itu. Dan agama mana pun tidak menyuruh umatnya untuk berbuat keji kepada sesamanya, kecuali agama yang, maaf, bertuhankan setan. Orang-orang yang mengaku dan merasa dirinya suci, belum tentu dianggap suci di mata Tuhan. Penghakiman atas moralitas seseorang adalah sepenuhnya tanggung jawab Tuhan sebagai Sang Pencipta. Tanggung jawab kita sebagai ciptaanNya hanyalah berusaha menjadi orang yang baik untuk diri sendiri dan mengasihi sesama kita. Cukup sampai di situ saja. Tuhan itu baik, sungguh baik, sangat baik, dan Maha Baik. Biarlah umat yang percaya kepadaNya mengikuti teladannya untuk menjadi orang yang baik dan menyelesaikan segalanya dengan kasih, bukan dengan kebencian dan kekejian. Kasihan jika nama Tuhan yang sangat mulia dan agung itu dipakai sebagai alasan untuk menyakiti sesama. Selamat berakhir pekan. Tuhan memang Maha Besar, tanpa harus diteriakan saat cacian dilemparkan.
Never apologize for showing feeling. When you do so, you apologize for the truth. ~Benjamin Disraeli
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H