Lihat ke Halaman Asli

Conni Aruan

TERVERIFIKASI

Apa ya?

Aku Bukan Kartini

Diperbarui: 21 April 2017   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: www.lumimari.com

“Maa, kau ini Kartini atau bukan?”

Aku sedang berdandan saat Kinan menanyakan itu. Aku menatap wajahku, pakaianku, dan kemudian jauh ke dalam mataku melalui cermin yang sudah retak. Aku tidak langsung menjawab. Kuraih Kinan ke pangkuanku, kubiarkan dia menatap cermin. Aku berharap dia bisa melihat siapa aku baginya tanpa perlu ada embel-embel Kartini.

“Menurutmu, aku ini siapa?” aku balas bertanya.

Dia berbalik menghadapku, menelusuri alisku, meraba bulu mata palsuku, menekankan telunjuknya di bibirku yang merah menyala, dan menggosokkan ke bibirnya sendiri.

“Kau itu, Maa.”

Senyumku merekah mendengar jawaban Kinan. Mataku berkaca-kaca. Aku  memang mengharapkan jawaban itu keluar dari mulut mungilnya.

Kinan turun dari pangkuanku dan duduk di sofa yang busanya sudah mencuat keluar. Dia masih mengamatiku. Matanya yang hitam berpendar, dia masih belum puas. Dia masih ingin bertanya. Aku bisa melihatnya.

“Maa, kemarin itu kelas merayakan hari Kartini dan semua memakai kebaya, kecuali aku.”

Aku membeku. Tak hanya memakai kebaya. Semua anak-anak dirias secantik mungkin oleh ibu mereka. Dipakaikan kebaya, diselipkan sekuntum bunga di telinga yang mungil. Berfoto bersama dan bernyanyi lagi Ibu Kartini. Harusnya aku melakukan itu pada Kinan. Tapi aku tertidur hingga siang dan begitu bangun, Kinan sudah tidak ada. Kinan sudah berangkat memakai seragam merah putihnya.

“Maafkan Maa...” kupandang dalam-dalam mata Kinan. Dia mengangguk pelan.

“Jadi, Bu Nia cerita apa tentang Kartini?” aku membuka obrolan, masih banyak waktu sebelum jam sepuluh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline