Lihat ke Halaman Asli

Conni Aruan

TERVERIFIKASI

Apa ya?

Cerpen | Yang Tertunda

Diperbarui: 25 Februari 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : http://www.deviantart.com/tag/mysterygirl

Subuh jam tiga, hujan belum reda juga. Ferly menatap kosong langit-langit kamarnya. Lampu tidur yang redup membuat suasana kian temaram dan sendu. Ingatannya selalu kembali ke masa itu. Sekuat apapun dia mencoba melupakan, kenangan itu selalu kembali.  

Dia mencoba kembali terlelap dengan merapatkan selimut, mencari posisi nyaman dengan berbaring miring ke kiri, kanan, tengkurap dan terlentang, matanya tetap cemerlang . Dia mengalah. Disingkapkan selimutnya dan kembali memulai aktivitas yang sama setiap kali dia tak bisa tidur.

Ferly menuju kamar Sally, anak semata wayangnya. Pintu terbuka sedikit. Dia membuka pintu dan menatap haru pada wajah yang mengubah dirinya dan keluarganya. Di sebelah kamar Sally, Ibunya tidur dengan lelap. Matanya berkaca-kaca karena kembali mengingat apa yang dia lakukan telah membuat hati ayahnya terluka, menjadi sakit-sakitan dan meninggalkan dia dan ibunya menjalani hidup berdua, hingga Sally lahir.

Ferly menjerang air di teko listrik yang otomatis mati jika air sudah mendidih. Menunggu air mendidih Ferly selonjoran di kursi. Ingatannya kembali bermain-main dengan kenangan dan dia terbawa oleh arus, hingga bunyi klik pada teko listrik tak lagi didengar, matanya perlahan meredup dan dia terlelap.

-

Maya tak bisa berkata apa-apa saat dia kembali menemukan Ferly tertidur di dapur untuk kesekian kalinya. Dia tidak menyalahkan Ferly atas apa yang sudah yang terjadi, pun atas kehadiran Sally yang tak pernah ia sangka menjadi pelipur lara di hatinya. Apapun itu, Ferly memang menyembunyikan sesuatu darinya dan Maya hanya bisa menunggu Ferly menceritakan semuanya.

Ferly mengerang pelan dan terkesiap mendapati Maya yang sedang menatapnya.

“Sudah jam enam, mau dibuatkan sarapan apa?” tanya Maya yang kemudian sibuk mengeluarkan daging beku dari kulkas dan bumbu-bumbu masakan.

“Entar aja, Ma. Nunggu Sally bangun, kita sarapan bareng. Libur ini.” Ferly meletakkan  wajahnya di meja.  Matanya menatap Maya, bibirnya berkerut menahan isak, dan matanya berkaca-kaca.

Maya menghampiri Ferly, mengusap lembut rambut anak perempuannya itu, menarik kursi persis di samping Ferly dan berkata, “Mama tau, selama ini kamu menyembunyikan sesuatu. Apapun itu,  kalau kamu sudah siap menceritakan, Mama akan dengar.”

Ferly menutup wajahnya dengan kedua tangannya. “Ma, tentang Sally... Adit tidak tahu menahu. Aku berbohong saat mengatakan Adit tidak mau bertanggung jawab. Adit tidak tahu sama sekali..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline