Lihat ke Halaman Asli

Conni Aruan

TERVERIFIKASI

Apa ya?

Ia pun Terjatuh

Diperbarui: 12 Januari 2016   01:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia bertelanjang kaki, berjinjit mendaki tangga demi anak tangga. Ia tersenyum untuk sebongkah rindu yang menghitam di ulu hatinya. Nafasnya memburu ketika telapak kakinya menginjak anak tangga terakhir, teringat awal mula terbitnya sebuah rasa.

Gaun malamnya berkibar, ia membentangkan kedua tangannya. Riap-riap ingatan tentang beberapa malam yang terlewat oleh kisah demi kisah; syair demi syair; nada demi  nada; dan diam demi diam. Ia memiliki hati yang selalu bertutur; “jangan biarkan dia masuk, sedikit pun jangan.”  Namun, Ia sedang berbahagia menatap sepasang mata hitam di sampingnya.

Ia juga menatap langit dan tetiba merindukan bulan yang berwarna merah di Subang. Dengkur halus yang menyapa pendengarannya, aroma malam yang tak biasa, dan bau keringat yang melekat di tubuhnya semakin terasa nyaman. Saat  gumpalan api menggantikan bulan merah, Ia menatap jalan semalam yang kini membawanya pulang dengan oleh-oleh seberkas rasa  hangat di dadanya.

Ia duduk, dibiarkannya kakinya menjuntai bebas. Digerak-gerakkannya kakinya seakan ia sedang bermain air di telaga. Ia tahu, tak seharusnya ia berada di lantai teratas penginapannya. Tak seharusnya ia bimbang pada siapa ia akan pulang, karena untuk pertama kalinya ia begitu yakin ia sudah menemukan mata di mana ia bisa menemukan dirinya sendiri.

Ia bangkit, Ia harus kembali untuk menemukan keping terakhir kenangan yang tercecer di sepanjang jalan menuju malam. Namun Ia terjatuh; hatinya jatuh  bahkan sebelum ia menyadarinya. Ia pecah begitu pun hatinya.

Sumber gambar: imagesci.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline