Konflik antara Israel dan Palestina kembali memanas akhir-akhir ini, adanya serangan militer Israel ke Gaza belum menunjukkan tanda akan selesai. Konflik ini menimbulkan banyaknya korban jiwa dan luka-luka dari kedua belah pihak, hal ini mendorong munculnya berbagai aksi gerakan sosial di berbagai bagian negara di seluruh dunia untuk mewujudkan bentuk simpati dan empati bagi para korban.
Salah satu bentuk simpati dan empati tersebut antara lain dengan mengirimkan bantuan berupa uang maupun barang-barang dari berbagai kelompok masyarakat, lalu yang sempat menjadi kontroversi adalah aksi solidaritas dengan memboikot produk-produk yang berasal dari Israel atauyang berafiliasi dengan Israel.
Seruan untuk memboikot produk pro Israel tersebut sangat cepat menyebar di sosial media. Namun hal ini menimbulkan pro dan kontra terhadap dampak dari boikot tersebut, ada yang beranggapan bahwa gerakan ini dapat menimbulkan tekanan dan hambatan bagi perusahaan sehingga dapat berimbas bagi pekerja dan mematikan sektor ekonomi, dan sebagian yang lain beranggapan bahwa aksi tersebut dapat menjadi tindakan nyata dalam menghentikan serangan Israel ke Gaza dengan mematikan aliran dana kepentingan militer Israel dan dampak lainnya bisa mengurangi kegiatan impor brand luar ke Indonesia dan memajukan produk lokal.
Dalam fenomena aksi boikot produk pro Israel tersebut dapat diaplikasikan dengan teori sosiologi Charles Tilly, meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Aksi boikot produk pro Israel dapat disebabkan karena adanya kondisi kesenjangan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya dan adanya perasaan disepelekan dan frustasi karena ketidakadanya keadilan, terdapat kesenjangan keadaan antara rakyat Israel dengan Gaza, (2) Aksi boikot produk pro Israel merupakan contoh dari aksi kolektif sebagai bentuk dinamika perlawanan terhadap konflik politik yang terbentuk melalui kesamaan pespektif dan nilai-nilai sosial sehingga dapat berkontribusi dalam perubahan sosial dan politik, dengan tujuan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap kebijakan tertentu dengan memunculkan tekanan.
Charles Tilly memiliki pandangan bahwa teori gerakan sosial merupakan aksi perlawanan yang dilakukan secara terus menerus atas nama kelompok yang dirugikan terhadap pemegang kekuasaan melalui berbagai ragam protes publik, untuk menunjukkan bahwa kelompok tersebut memiliki solidaritas, berkomitmen, dan mewakili jumlah yang signifikan. Gerakan sosial memiliki ciri khusus diantaranya adalah, merupakan sesuatu yang terorganisir, memiliki kesamaan identitas, bersifat berkelanjutan, dan menolak self-counscious (kesadaran diri yang tinggi terhadap dirinya).
Gerakan sosial disebut menjadi gerakan perubahan yang dilakukan secara kolektif sebagai bentuk perwujudan tujuan ideal sebagai bentuk perlawanan terhadap kesenjangan yang disebabkan oleh kelompok yang dominan atau berkuasa. Terdapat 3 elemen utama dalam gerakan sosial yakni, pengajuan klaim kolektif terhadap pemangku kebijakan, tindakan berbagai perlawanan yang dilakukan secara kolektif disebut Tilly dalam konsepnya sebagai "repertoire", dan WUNC (kelompok secara kolektif menyikapi isu dengan mengutamakan kepatutan atau worthiness, kesatuan atau yang disebut dengan unity, jumlah atau numbers, dan komitmen atau commitment).
Menurut Tilly, gerakan sosial muncul sebagai respon terhadap ketidakpuasan terhadap keadaan yang ada, dan memboikot produk pro Israel dapat dianggap sebagai "repertoar ekspresif" yaitu gerakan sosial yang bertujuan mengubah kebijakan terkait konflik Israel-Palestina. Selain itu ia juga memfokuskan pada pentingnya "struktur kesempatan" dalam memahami dinamika gerakan sosial, dan memboikot produk pro israel sebagai struktur kesempatan dalam konteks ekonomi global dan konektivitas sosial dalam mencapai tujuan tersebut.
Pada akhirnya, analisis teori Charles Tilly dapat membantu kita untuk memahami bagaimana aksi boikot produk pro israel termasuk dalam bagian dinamika gerakan sosial dalam hal merespon ketidakpuasan atas keetidaksetaraan, memanfaatkan adanya "repertoar ekspresif" dan "struktur kesempatan" guna mencapai tujuan.
Melalui karyanya yang berjudul "social movement" (1768-2004), Tilly memberikan pemahaman tentang sejarah dan evolusi gerakan sosial dari abad ke 18 sampai awal abad 21. Tilly membahas di dalamnya seputar bagaimana gerakan sosial berkembang dan mempengaruhi perubahan sosial didukung oleh aktor-aktor yang mengatur dinamika di dalamnya, lalu ia membahas mengenai bagaimana masyarakat dan kelompok-kelompok tertentu bisa terlibat dalam mobilisasi sosial untuk mewujudkan tujuan sosial tertentu, lalu ia juga membahas bagaimana hubungan antara konflik dan perubahan sosial dapat menciptakan gerakan sosial yang dapat merespon konflik dan perubahan tersebut, Tilly juga menjelaskan bahwa gerakan sosial itu memiliki strategi dan taktik dalam fokus arahan dari strukturnya untuk mencapai tujuan dan penyelenggaraan kegiatannya sendiri.
Charles Tilly merupakan seorang sosiolog, ilmuwan politik, dan sejarawan yang lahir di Lombard, Illinois pada 27 Mei 1929. Ia disebut sebagai salah satu sosiolog dan sejarawan terkemuka di dunia, lalu ia juga disebut sebagai bapak pendiri sosiologi abad ke 21, Ia merupakan seorang profesor sejarah, sosiologi, dan ilmu sosial di Universitas Michigan dari tahun 1969 sampai dengan 1984. Ia juga merupakan pendukung pada berpengaruhnya penelitian ilmu sosial sejarah skala besar, dengan menerbitkan karyanya secara uas pada berbagai topik seperti sosiologi perkotaan, pembentukan negara, demokrasi, tenaga kerja, gerakan sosial, dan ketidaksetaraan.