Puisi Conie Sema
sebelum pergi laut menitip mata kekasihnya ke pucuk meranti tua. ia baru saja memangkas hikayat Hang Tua dalam percakapan Malaka. ketika tubuh Melayu terperam ketam. laut sekepak elang di lembah sungai. mendaki tebing napal menuju pantai.
aku Melayu yang pergi ke laut
berlabuh kapal ke tanjung pulau
aku suku laut anak gelombang
membaca daratan sebagai lautan
laut lalu berkabar kapal-kapal kehilangan dermaga. perahu-perahu mencari tambat. selat dan sungai tak lagi berkunjung ke rawa. buaya muara menyapa gambut menyuling payau. anak suku laut tak lagi pandai berperang. mereka memburu kota. rumah-rumah tanpa kaki menghadap darat. memunggungi pesisir. hutan bakau dan sungai-sungai.
dari jembatan penghubung dua pulau mata laut menerawang ke udara. angin timur dan musim pancaroba membawa badai. membenturkan kapal-kapal ke perahu nelayan di Tanjung Api Api. ia menyeberang dari Selapan ke selatan selat Bangka. ada lelaki berjas hitam masuk dalam kopernya - ia membawa peta penyeberangan Bangka Sumatera. Jembatan baru pelabuhan baru. Bahtera Sriwijaya. singgahlah.
kekasihku aku berlari ke Malaka membawa Palembang
aku Parameswara terkunci dalam lemari lautmu menyimpan
hikayat rempa di jalur perdagangan timur dan barat
aku mengundangmu datang ke dermaga di mana kita
dapat bercurat dari ketakutan karang pada ombak atau
keresahan puisi yang gagal menyapa pantai - setiap petang
surat-surat laut itu seperti meneruskan Sriwijaya ke selat Bangka. berulang dibaca kekasihnya. disimpan dalam laci meja yang nyaris ambruk dirubung rayap. meja bergambar naga. berceruk lubang tambang. meja yang ditumbuhi pohon-pohon dan pabrik. di mana kampung-kampung tua direbahkan.
sebelum petang terbenam, mata laut berubah mata drone di atas lanskap pesisir timur. berharap matahari pagi menjemput kekasihnya bersama bala seribu gajah. menemui patung prajurit terakota. membuat persepakatan. seperti pelaut barat timur yang lalulalang di bandar Semenanjung Melayu. ia teringat laksamana Yin Ching mengunjungi Parameswara. teringat pernikahan Putri Hang Li Po dengan seorang sultan Malaka. teringat juga surat terakhir buat kekasihnya, ia berharap berjumpa makamnya di laut.
Jan 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H