Windri syahputra. (Kamis, 8 Februari 2018)
Masa SMA adalah masa dimana seorang pelajar menentukan kemampuannya, karakter dan tempat ia berada. Banyak cara untuk membentuk karakter seorang pelajar yang menjadi tempatnya yang seharusnya, salah satunya ialah Organisasi atau komunitas pelajar yang membantu pembentukan karakter.
Mungkin ini sudah lumrah atau masih asing di lingkungan sekitarmu, saat ada pelajar yang lebih aktif dalam bidang organisasi atau sosial ataupun hal yang lain. Harus dapat bulian, sindiran lebeling dll dari orang disekitarmu. Yang tak lain adalah teman satu kelasmu sendiri. Karena terlalu aktif berorganisasi.
Jelas memang ini adalah hal yang wajar dalam sistem kelas, saat ada yang dibanggakan maka akan ada juga yang diasingkan. Karena dalam satu kelas, banyak tujuan dan ambisi yang berbeda-beda kepala.
Ketika ada seorang pelajar yang aktif berorganisasi dan lebih banyak berprestasi di organisasi dibandingkan di dalam kelas. Akan ada yang suka dan ada juga yang tidak suka, ' why? " mungkin mereka yang tidak bisa seperti itu, atau dengan beberapa alasan yang memang mereka tidak sukai. Dan memang kebanyakan mereka yang mengunjing mereka yang aktif berorganisasi adalah orang yang tidak pernah terlibat di dalam organisasi.
Inilah faktor utama yang membuat kesenjangan dan ketidaknyamanan diantara teman-teman sekelas. Di organisasi akan membuatmu lebih nyaman dan di terima di bandingkan di kelas, karena Organisasi memiliki tujuan yang sama,bersinergi dan bekerjasama. Di Organisasi Kamu tidak akan mendapatkan bulian, sindiran, lebeling dll yang membuat kamu terisolasi dari teman-teman sekelasmu bahkan membuatmu Down seketika.
Aku heran, betapa mudahnya orang mengucilkan seorang Aktivis . Padahal belum tuntu juga kalian bisa, dan kemungkinan juga dia lebih bisa dari kalian. Dalam arti lain kalian tidak lebih baik dari dia, dia yang rela berkorban meluangkan waktunya untuk perubahan " ya mungkin menurut kalian tidak penting" tapi disinilah letak perbedaannya, pelajar aktivis dan pelajar yang biasa-biasa saja.
"Pak Dokter, pak Kepsek" Terimakasih atas julukan itu, yang sudah kalian berikan semasa perjuangan kita dalam satu kelas. Biarpun begitu, apalah arti sebuah nama seketika ada julukan yang pantas untuk seorang aktivis, aku hargai itu.
Catatan: Curhatan seorang pelajar yang terisolasi dari tempatnya berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H