Lihat ke Halaman Asli

Compadre Depalde

Peminat filsafat, sejarah, kristologi, sastra, budaya dan politik.

Akal dan Logika Mana Lebih Dulu?

Diperbarui: 30 April 2022   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Flickr 

Apa itu akal? Apa itu logika? Mana yang lebih dulu, akal atau logika? Banyak pertanyaan seputar hal ini. Umumnya mereka menganggap "logika" mendahului "akal". Ini bisa terjadi karena faktor kebiasaan. 

Dimanapun perlu logika. Perlu bersikap logis, sehingga terkesan jangkauan "logika" sedemikian luas, lalu dianggap punya posisi kuat, sehingga terkesan kuat bahwa logika sebagai fondasi berarti mendahului akal. Padahal akal adalah fondasi. Atau banyak yang memilih dua-duanya (akal & logika bersamaan) karena dihampir setiap ungkapan disebutkan, "gunakan nalar yang logis", "harus logis", "belajar logika dong", "ini masuk akal" secara seimbang

Lupakan dulu apa itu "logika", "akal". Kita fokus ke fungsi dari kedua hal tersebut. Terserah mau dibolak-balik katanya, kalau sudah paham dasar fungsi kerjanya, maka akan mudah melabeli tanpa salah hirarki.

Berpikir itu menelusuri hubungan sebab-akibat.

Panduan

Panduan adalah pengetahuan, sehingga dapat dikatakan pula bahwa berpikir itu menelusuri pengetahuan tentang hubungan sebab-akibat. Ini menegaskan bahwa berpikir melibatkan: menelusuri + panduan.

Pertanyaannya, "logika" dalam kaitannya dengan berpikir, masuk kategori manakah? Logika adalah menelusuri, atau logika adalah panduan?

Skenario 1

Jika logika = menelusuri, berarti berpikir dengan logika itu baru sekedar menegaskan aktifitasnya (menelusuri), yang berarti bahwa panduan dalam berpikir bukan termasuk logika. Logika bukan panduan.

Ini berarti "panduan" dalam berpikir masuk kategori selain dari logika? Itu hanya pada akal. Akal juga sebenarnya merupakan panduan tetapi di level lebih dalam (batin).

Ini sama saja berkata bahwa fondasi berpikir, fondasi menelusuri bukan pada logika tetapi pada akal. Ini menegaskan bahwa akal mendahului logika, karena untuk menelusuri perlu wilayah untuk ditelusuri, jadi perlu akal dulu sebagai (wilayah) panduan untuk ditelusuri.

Atau kalau dipaksakan, "akal" itu = menelusuri, berarti berpikir sama sekali tidak mengikuti panduan? Salah! Sehingga mau tak mau "akal" harus dianggap sebagai "panduan". Dan karena sudah ada "logika" sebagai panduan, maka "akal" adalah panduan dari dimensi yang berbeda.

Logika itu melibatkan realita lahir, sehingga "akal" merupakan panduan dari dimensi batin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline