Lihat ke Halaman Asli

Dia Membunuhku

Diperbarui: 8 September 2024   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

I wonder when this all started. 

But the ending remains the same.

It killed me.

Depression has killed me...

Sebelum memulai ceritaku, teman-temanku yang saat ini sedang berjuang melawan musuh besar. Gelap, sesak, hampa, jatuh dan semakin jauh. Percayalah kalian tidak sendiri. Ada banyak orang yang juga sedang berjuang.

 

Depresi...pergunjingan di ruang rahasia. 

Antara reality dan imajinasi. 

Sendiri dalam keriuhan, keributan, omong kosong, dan kebohongan. Kebohongan, deceit, yang diteriakkan terus-menerus. Sampai kapan? Sampai kita jatuh, semakin jauh, terus, ke dalam kegelapan, sampai tidak ada lagi cahaya. Sampai sesak dan hampa. Sakit yang tidak terbayang. Sampai suara itu berkata: kamu tidak berharga, orang lain akan bahagia kalau kamu mati. Maka...kematian, dengan cara apa agar bisa mati akhirnya menjadi obsesi. 

Apakah ada yang mendengar keriuhan-keriuhan itu? Apakah diantara kalian ada yang sedang terobsesi dengan kematian? 

Percayalah...suara-suara itu sedang berbohong. Mereka sedang berbohong. Kamu sangat berharga dan layak hidup. 

Kalau ditanya untuk apa hidup? Akupun tidak tau. Paling tidak saat ini akupun juga tidak tahu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline