Pembelajaran daring merupakan suatu hal yang secara terpaksa harus kita laksanakan dalam masa Pandemo Covid-19 ini. Berbagai pelajar mulai dari SD sampai ke Perguruan Tinggi mau tidak mau harus beradaptasi dengan melakukan pembelajaran dari rumah ditemani dengan adanya gadget ataupun teknologi lainnya yang dapat membantu pembelajaran daring ini.
Terdapat banyak sekali aplikasi-aplikasi ataupun alat yang dapat kita manfaatkan dalam belajar online, seperti Aplikasi Zoom, Microsoft Teams, Google Meet. Pasti nama-nama tersebut sudah tidak asing lagi bagi para pelajar. Mereka bergulat setiap hari duduk di depan laptop ataupun komputer untuk mendengarkan penjelasan materi. Tak sedikit juga tugas-tugas sekolah atau kuliah yang basisnya berubah menjadi serba digital. Seperti ada beberapa tugas yang diminta untuk membuat konten Instagram, membuat video di YouTube, ataupun TikTok.
Hal-hal tersebut menunjukkan adanya penggunaan media-media baru di kalangan pelajar. Forbush dan Foucault-Welles (2016) mengatakan bahwa penggunaan media baru ini sangat bagus untuk membantu dalam beradaptasi terhadap sistem dan budaya yang baru, dengan membuat jaringan-jaringan yang lebih luas, khususnya bagi international students atau yang dapat kita sebut sebagai 'anak rantau'.
Dalam hal ini, kita membahas tentang berbagai perangai yang dimiliki oleh pelajar ketika sedang melaksanakan ospek online. Dilansir dari Liputan6.com (2020), pelajar-pelajar ini justru menggunakan media baru ini untuk menyampaikan kesulitan dan keresahan mereka ketika sedang mengikuti ospek online. Ada pelajar yang tidak pandai menggunakan virtual background, ada yang tidak mengikuti ospek karena ketiduran, ada yang kendala mati lampu, sampai ke kendala lainnya yang tidak dapat kita bayangkan.
Akan tetapi, penggunaan media baru ini tenyata sebenarnya berfungsi dengan baik, dari adanya kelucuan para pelajar ini, mereka memiliki suatu interaksi dengan teman-teman sekolah yang mungkin tidak pernah mereka temui sebelumnya. Dari adanya hal lucu itu, mereka jadi sering tertawa bersama dan saling menggeleng-gelengkan kepala. Kita pun dapat melihat bahwa ada pelajar yang izin tidak ikut ospek dulu, karena ibu nya sudah memasakkan makanan. Hal tersebut juga membuat kita jadi heran dan berpikir, 'Wah, ada juga ya yang sampai izin opsek hanya untuk makan masakan Ibunya'.
Dalam Cambridge Handbook of Intercultural Communication (2020), terdapat beberapa tahap dalam melakukan interkasi di media:
1. Tahap bonding, yaitu ketika kita memiliki ikatan yang kuat terhadap orang lain dan memiliki hubungan yang erat, biasanya ikatan ini kita miliki dengan teman dekat dan keluarga. Di dalam ospek online tadi, kita melihat adanya tahap bonding ketika mereka sama-sama menjalankan ospek tersebut
2. Tahap bridging, disini mereka menjalin relasi tapi relasi yang masih jauh dan tidak begitu dekat. Biasanya tahap ini kita miliki dengan teman kerja, kenalan, ataupun orang-orang ataupun sekelompok orang yang dapat memberikan kita informasi tertentu. Dalam ospek online tadi, kita bisa melihat bahwa dengan mengikuti ospek ini, mereka jadi paham dan lebih tau tentang perangai teman-teman beda budaya mereka tadi. Dari situ, mereka dapat membangun bridging dengan teman yang lain.
3. Tahap maintaining, nah biasanya tahap ini paling susah untuk dilaksanakan, karena disini kita harus menjaga dan merawat baik hubungan yang kita punya dengan orang lain. Dari ospek online tadi, kita melihat ospek itu dijalankan untuk membangun dan mewadahi pelajar-pelajar untuk memulai tahap baru di sekolah mereka dan memperbolehkan pelajar untuk saling melirik serta bertemu dengan orang-orang baru, dari adanya hubungan itu, maka relasi akan terbentuk pula yang dimana beberapa relasi akan tumbuh menjadi relasi yang panjang, oleh karena itu maka kita harus dapat merawat hubungan yang telah ada tersebut.
Oleh sebab itu, dengan adanya media-media yang dapat kita gunakan untuk mendukung kegiatan ini, kita dapat membangun relasi dengan teman-teman yang berbeda budaya dengan kita dan berjarak jauh yang dimana mungkin bisa jadi terbagi ke beberapa wilayah yang ada. Maka, kita sebagai pelajar ataupun pengguna media, harus dapat bersikap selektif dan bertanggung jawab atas penggunaan kita di sosial media. Stay update and nurture yourself!