Di Yogya aku lelap tertidur
Angin disisiku mendengkur
Seluruh kota pun bagai diam mendengkur
Malang,menghardik nasibku
Melecut menghantam pundakku
Tiada ruang bagi diamku
Solo,seperti di tengahnya
Tak tidur seperti kerbau tua
Tak juga membelalakan mata
Kemanakah harus kuhadapkan muka
Agar seimbang antara tidur dan jaga?
(Emha,Antara Tiga Kota,dengan sedikit perubahan)
Melakukan sebuah perjalanan tanpa sebuah perencanaan yang matang kadang lebih bisa memberikan kepuasaan pribadi.Itu juga yang coba saya lakukan minggu kemarin,melarikan diri sejenak dari hiruk pikuk mengerjakan skripsi yang seolah tiada akhir di kota Malang.Untuk kemudian mencari semangat baru dari teman seperjuangan yang masih tersisa di kota Solo dan Yogyakarta.Dan tentu saja,berusaha untuk lebih akrab lagi dengan dua kota ini.
Ba’da jumat pekan kemarin menjadi awal catatan perjalanan.
SOLO
Kereta api selalu jadi pilihan utama saya ketika melakukan sebuah perjalanan yang tidak terlalu diburu waktu,selain murah meriah tentu saja ini adalah salah satu moda transportasi massal yang paling cocok dengan kantung mahasiswa seperti saya.Apabila memilih naik dari stasiun kota Malang,sebenarnya lumayan banyak pilihan kereta ekonomi yang bisa mengantarkan saya ke kota Solo,sebagai kota tujuan pertama saya sebelum ke yogya.KA Mataremaja atau KA Malabar bisa jadi pilihan.Akan tetapi,saya memilih Stasiun Kertosono yang jaraknya kurang lebih 107 km dari kota Malang,sebagai stasiun pemberangkatan perjalanan yang saya lakukan.Karena akan lebih banyak lagi pilihan waktu untuk melakukan keberangkatan,akan lebih banyak kereta api yang bisa dipilih karena selain dilintasi kereta yang berasal dari Malang,kereta dari Surabaya juga pasti akan melewati Stasiun Kertosono.
[caption id="attachment_205573" align="aligncenter" width="300" caption="http://4.bp.blogspot.com"][/caption]
Sabtu pagi jam menunjukkan pukul 7.30 tepat,dengan menggunakan kereta Pasundan saya berangkat bersama seorang teman yang kebetulan kepingin nonton pertandingan Piala Indonesia,Persija Jakarta – Persik Kediri,yang akan digelar di Stadion Manahan Solo.Kebetulan pertandingannya digelar sore itu juga.Kereta datang sesuai jadwal,perjalanan selama kurang lebih 4 jam menuju Stasiun Jebres,Solodengan’ikhlas’saya tempuh dengan duduk seadanya di dekat pintu kereta karena semua tempat duduk dalam gerbong sudah terisi penumpang semua.Semilir angin dekat pintu kereta dan riuhnya obrolan para penumpang dalam bahasa sunda yang tidak saya mengerti artinya menjadi teman setia.Sesekali pedagang asongan melintas di depan saya,menawarkan berbagai macam jualan.Untuk mengurangi rasa bosan,diantara kepulan asap rokok yang melintas tiada henti,saya mencoba mengobrol dengan kawan seperjalanan.Seorang nenek penjual buah jeruk yang bersahaja duduk termenung,tak jauh dari tempat saya duduk.Saya mencoba mengajaknya berbicara,ternyata si nenek orang yang mudah diajak bicara juga.Obrolan gayeng kami dalam bahasa jawa,terdengar sayup sayup diantara percakapan penumpang lain yang memang kebanyakan orang sunda.Kereta Pasundan ini memang mengakhiri perjalanannya di Stasiun Kiara Condong Bandung sehingga tidak heran kalau kebanyakan penumpangnya adalah urang sunda.
Banyak hal yang bisa membuat seseorang memiliki keterikatan secara emosional dengan tempat dan lokasi tertentu.Bagi saya Solo dan Jogya,selain Malang tentu saja,adalah kota kota yang saya anggap memiliki hubungan emosional dengan diriku.Dahulu sewaktu masih duduk di bangku SMA,salah satu mimpi saya adalah bisa menjadi bagian dari almamater FK UNS yang berada di kota Solo.Dua kali saya mencoba,dua kali itu pula saya belum ditakdirkan menjadi bagiannya.Sampai akhirnya diijinkanNya untuk terdampar menjadi mahasiswa Fak.Teknik Univ.brawijaya di kota Malang.Solo juga mengikatkan dirinya dengan diriku melalui lantunan lagu lagu campursarinya mas didi kempot yang banyak bercerita tentang kota solo dan Yogya.Lagu lagu seperti,Stasiun Balapan,Terminal Tirtonadi,Pasar klewer,Malioboro,Parangtritis akan selalu membawa kenangan saya akan kota Solo dan Yogya ketika mendengarkannya. Mungkin bisa dikatakan Stasiun Solo Balapan adalah tempat yang mempunyai hubungan paling erat dengan diriku.Bagaimana tidak,disinilah dulu aku pernah berjanji untuk bisa berjumpa dengan seseorang yang"spesial".Namun sayang,mirip apa yang dikisahkan mas didi kempot dalam syairnya”Stasiun Balapan”.Ternyata ini hanya sekedar janji yang entah kapan akan ditepati.Sampai saat ini Stasiun Solo Balapan masih setia menunggu,untuk melihat janji ini bisa dipenuhi.
[caption id="attachment_205579" align="aligncenter" width="300" caption="http://images.haleygiri.multiply.com"][/caption]
Pukul 11.45 wib kereta yang saya naiki telah sampai di Stasiun Jebres Solo,aku dan temanku bergegas turun,bersama penumpang lain yang mengakhiri perjalanannya di Stasiun ini.Meskipun dulu sering terkenal sebagai moda transportasi yang paling ngaret alias sering telat,tapi kedatangan kereta api pasundan di Stasiun Jebres kali ini,terhitung tepat waktu.Kebetulan aku punya teman di kota Solo yang siap menjadi pemandu dadakan untuk menjelajahi sudut sudut kota solo yang pasti akan lebih dikenalnya dibanding saya.Sayangnya ketika dikonfirmasi yang bersangkutan,masih harus berada di Rumah Sakit sampai sore.Temanku memang masih harus menjalani pendidikan profesi dokternya.Pertandingan antara Persija Jakarta melawan Persik Kediri baru akan berlangsung sore hari.Sambil menunggu pertandingan,tanpa seorang pemandu,aku bersama temanku menyusuri Jalan jalan di Kota Solo.Keraton Solo dan Pasar Klewer,terbersit begitu saja dalam pikiran ini untuk dikunjungi.Dari Jebres aku berjalan kaki bersama temanku,bertanya di jalan menjadi pilihan yang paling realisitis agar kami bisa sampai di tujuan dan tidak salah arah.Setelah berjalan kaki lumayan lama sampai juga kami di pintu gerbang keraton Solo,dua pohon Beringin kembar yangmenjadi ciri khas keraton menyambut kami dengan ramah.Suasana lumayan ramai,karena memang akhir pekan.Pasar Klewer yang terkenal sebagai pusat grosir pakaian batik,ternyata terletak tak jauh dari bangunan keraton.DI pendopo keraton,bau kemenyan yang menyengat tercium dari selasar tempat yang dulu biasanya digunakan oleh sultan untuk duduk.Di bandingkan keraton Jogya,bangunan di keraton Solo terkesan kurang terawat.Meskipun hal ini tidak mengurangi animo masyarakat dan wisatawan asing untuk mengunjunginya.Terlihat beberapa abdi dalem keraton yang mencoba menerangkan makna simbol keraton dan fungsi beberapa tempat yang terdapat di keraton kepada para pengunjung yang tertarik.Menyusuri pasar klewer dengan segala hiruk pikuknya menjadi pilihan saya berikutnya.Setelah puas dan bikin kaki pegel,masjid agung menjadi pilihan sebagai tempat melepas lelah sejenak.
[caption id="attachment_205584" align="aligncenter" width="300" caption="http://img356.imageshack.us"][/caption]
Berkunjung ke suatu kota tidak akan lengkap rasanya kalau tidak mencicipi kuliner khas setempat.Solo terkenal dengan nasi timlonya,tetapi Bukan nasi timlo yang saya pilih,serabi solo lah yang menjadi pembuka.Di sepanjang jalan yang menuju ke keraton,cukup banyak penjual yang menjajakan serabi solo.
Tak Terasa sore menjelang,aku dan kawanku harus bergegas ke Manahan,ini kan salah satu tujuan utama kami berkunjung ke solo.Riuh rendah sorak sorai penonton terdengar cukup nyaring dari luar stadion.Masyarakat solo boleh saya bilang,tergolong penggemar berat sepakbola,meskipun bukan tim asal Solo yang berlaga.Para Pasoepati,tetap berduyun duyun datang ke stadion dengan kaos merah dan syal berwarna sama yang menjadi atribut khas mereka.Hampir satu tribun penuh,lima ratusan pasoepati memadati stadion.Aku dan kawanku berada di tribun yang sama.Dibandingkan menonton lewat layar televisi,menonton langsung di stadion memang benar benar memberikan sensai yang berbeda.
[caption id="attachment_205585" align="aligncenter" width="360" caption="bersama Pasoepati"][/caption]
Selesai menonton pertandingan kawanku memutuskan untuk pulang,aku sendiri memilih menginap di tempat temanku yang ada di solo.Bukan tanpa alasan,karena esok paginya aku kepingin melanjutkan perjalananku ke kota Yogyakarta.Sebuah tujuan yang terlintas begitu saja sesaat setelah pertandingan berakhir.Setelah mengantarkan kawanku pulang ke terminal Tirtonadi,aku menunggu kawanku yang tinggal di solo untuk menjemputku di terminal.Sesuai janjinya malam itu aku akan diajaknya menikmati malam di Solo.Bebek bakar lesehan dekat pasar besar solo menjadi menu yang ditawarkan temanku untuk mengisi perut.Sesudah menikmati bebek bakar,aku diajaknya ke tempat nongkrong favorit muda mudi kota solo.Sebagai teman,jagung bakar,sosis naga,roti bakar dan segelas jeruk hangat menjadi kawan setia pengiring obrolan kami menikmati malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H