Lihat ke Halaman Asli

Masykur A. Baddal

TERVERIFIKASI

Blogger dan Vlogger

Di Serawak, Taxi Menjadi Sumber Rezeki Rakyatnya

Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Cek Wan, dengan armada Teksi Eksekutif miliknya."][/caption]

By. Masykur A. Baddal - Lain kolam maka lain pula ikannya. Hampir semua orang pasti akan membenarkan pribahasa usang tersebut, yang menggambarkan tentang keragaman budaya bangsa di setiap negeri maupun daerah. Namun jika masalah tersebut menyangkut dengan upaya pemberdayaan ekonomi rakyat, tentu saja akan lain pula alur ceritanya.

Jenis moda transportasi Taxi, merupakan moda transportasi yang sangat populer di kota-kota besar. Moda transportasi ini sudah sangat familiar di kalangan masyarakat perkotaan. Karena menawarkan kenyamanan, keamanan serta ketepatan waktu sampai ketujuan. Di Jakarta serta berbagai kota besar tanah air lainnya, moda transportasi taxi biasanya dikelola oleh perusahaan-perusahaan besar, dengan jumlah armada taxinya bisa mencapai ratusan unit, dibawah bendera berbagai merek taxi. Jadi jangan berharap untuk bisa menggeluti jenis bisnis tersebut, sementara modal anda cekak.

Uniknya, di kota Kuching negara bagian Serawak Malaysia. Moda tranpostasi Taxi justru langsung dioperasikan oleh warganya. Jika kita perhatikan di jalanan raya kota Kuching, maka akan terlihat disana minimal ada dua jenis warna taxi. Warna biru dengan merek Teksi Eksekutif, serta paduan warna merah kuning dengan mereka City Cabs Taxi.

Taxi yang berwarna paduan merah dan kuning, seperti halnya di Jakarta, ia dikelola oleh perusahaan transportasi khusus di negeri tersebut. Umumnya banyak mengoperasikan jenis mobil sedan. Sementara taxi yang berwarna biru, lebih banyak menggunakan jenis mobil van atau MPV.

Ada hal menarik disini. Ternyata taxi yang berwarna biru atau executive taxi, adalah dikelola langsung oleh pemiliknya sendiri atau warga Kuching. Setiap warga atau yang memiliki izin tinggal dan bekerja di negeri bagian Serawak, diberikan hak untuk mengoperasikan taksi pribadi, dibawah bendera executive taxi. Untuk mengurusnya, pemerintah telah membentuk otoritas khusus pengelola taxi jenis ini. Baik menyangkut pengelolaan rute maupun perizinan operasional taxi rakyat tersebut.

Untuk bergabung dan mengelola secara mandiri jenis taxi biru, ada beberapa langkah sederhana harus dilakukan, seperti: Calon pemilik harus mampu mengemudi dengan baik serta memiliki SIM tipe khusus, dan harus familiar dengan berbagai rute lalulintas di kota Kuching. Calon pemilik, memiliki mobil jenis MPV atau mini MPV, baik beli langsung maupun dengan kredit. Mengurus izin dan membayar bea adminsitrasi sebesar RM 20 ribu, selanjutnya bersedia mengecat mobilnya dengan spek yang telah ditentukan oleh otoritas dimaksud.

Pengakuan dari salah seorang pemilik taxi biru di kota Kuching yang bernama Cek Wan, kebetulan kami menggunakan jasanya. Sumberdaya ekonomi dari pengoperasian jenis taxi biru ini, sungguh tidak terbatas. Terbukti mampu menyediakan lapangan kerja kepada warganya. Apalagi kota Kuching dan sekitarnya, banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara lainnya, otomatis jasa merekapun kerap terpakai.

Cek Wan, setiap bulannya mampu membawa bersih uang kerumah sekitar 4 sd 6 ribu RM atau sekitar 15juta rupiah, setelah dipotong cicilan kredit serta biaya admin dan maintenan lainnya. Besaran tersebut malah lebih besar dari gaji yang didapat jika bekerja sebagai pegawai di kerajaan.

Terobosan semisal tentu sangat cocok untuk diaplikasikan di kota-kota besar Indonesia, yang terkenal padat dan ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini penting sebagai upaya untuk menekan tingginya jumlah pengangguran di berbagai pelosok negeri. Toh, jika jenis taxi biru ini diterapkan di kota-besar Indonesia, tidak akan merugikan taxi perusahaan lainnya. Malah mereka dapat bersaing dengan sehat, selama pengelolaannya betul-betul dilakukan secara profesional.

Jika negeri jiran yang karakter rakyat dan alamnya mempunyai kemiripan dengan penduduk tanah air tercinta ini, so, mengapa kita tidak bisa menerapkan kebijakan semisal demi memberikan kesempatan kerja kepada anak bangsa, yang kian hari makin diresahkan dengan minimnya kesempatan kerja yang tersedia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline