[caption id="attachment_253625" align="aligncenter" width="625" caption="Markas Garda Republik Mesir di Nsar City, tempat terjadinya peristiwa berdarah Senin pagi. (foto: masrawy.com)"][/caption]
By. Masykur A. Baddal – Prediksi beberapa analis politik dunia dan nasional sekitar situasi politik di Mesir paska perebutan kekuasaan oleh Militer dari Presden terpilih Mesir Muhammad Mursi, makin hari semakin terang benderang. Puncaknya adalah peristiwa pembantain berdarah yang dilakukan oleh pihak militer terhadap massa pro Presiden Mursi, ketika mereka sedang menjalankan ibadah shalat Subuh berjama’ah di depan markas Garda Republik Mesir, tadi pagi sekitar jam 06.00 waktu Cairo.
Pembantain tersebut berujung dengan tewasnya minimal 42 orang massa pro Mursi serta ratusan lain-lainnya luka parah, sebagaimana yang dirilis oleh SK Youm7 Mesir (8/7/2013). Menurut informasi dari pihak Militer, peristiwa berdarah itu berawal saat empat orang massa pro Mursi mencoba untuk mendobrak blokade militer untuk masuk ke dalam komplek gedung Markas Garda Republik, dengan maksud untuk membebaskan Presiden Mursi , yang menurut mereka disekap di gedung tersebut. Namun pihak militer melakukan perlawanan hebat, sehingga jatuhlah korban-korban tersebut.
[caption id="attachment_253627" align="aligncenter" width="493" caption="Sejumlah korban tewas di Garda Republik. (aljazeera TV)"]
[/caption]
Sedang menurut informasi yang dirangkum dari beberapa media setempat dan TV Aljazeera Mubasher Qatar. Peristiwa berdarah itu terjadi, disaat massa pro Presiden Mursi sedang melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan rentetan letupan senjata otomatis, diikuti dengan ambruknya beberapa puluh kawan-kawan mereka yang sedang melaksanakan shalat berjama'ah, sehingga menyebabkan kekalutan dahsyat serta chaos.
Paska peristiwa berdarah itu, sejumlah tokoh-tokoh berpengaruh Mesir mulai mengkhawatirkan jika pergolakan politik saat ini akan menjurus lebih dalam lagi, sehingga dapat menyebabkan pecahnya perang saudara seperti yang terjadi di Suriah.
Sementara itu calon presiden dari Partai Mesir Kuat Abdel Muneim Abou El Fetouh menyatakan, “ Presiden Transisi Mesir Adly Mansour harus bertanggung jawab, dan harus lengser dari jabatannya akibat terjadinya pembataian Garda Republik tersebut”.
Imbas dari peristiwa berdarah tadi pagi, hampir seluruh pelosok kota Cairo telah dipenuhi oleh pasukan keamanan dari berbagai unitnya, dengan maksud untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan hal yang lebih buruk lagi bakal terjadi. Namun, pergerakan dan aktifitas massa pro Presiden Mursi di Bunderan Rab’ah El Adawiyah, bukannya malah menurun tapi justeru semakin rame dan bergemuruh, berbeda dengan massa pro kudeta di Bunderan Tahrir yang semakin hari semakin hilang daya tariknya. Massa pro Mursi tetap komitmen menuntut supaya Presiden Mursi dilepaskan dan dikembalikan ke posisinya semula sebagai Presiden Sah Negeri Para Nabi itu.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H