Lihat ke Halaman Asli

KCB (Ketika Cinta Berlebay)

Diperbarui: 6 Juli 2015   04:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com



Kairo, 29/08/2010

PMIK yang selalu ramai akan kujungan orang, mengingatkanku pada sekuntum memory yang sudah lama aku kubur dalam-dalam di pekuburan hatiku yang pilu. Bagiku bad memory tak perlu di kenang, hanya rasa nyeri dan pedih yang akan datang menerjang.

"Maaf mbak, Kantor PMIK di mana ya?" Tanya seorang laki-laki kepadaku.

Aku hanya diam terpaku, menunduk lesu, tatapanku pilu, tak mampu lidah ini menguraikan kata-kata, bak patung Cleopatra yang sedari pagi hingga malam berdiri  dengan tegap menunggu datangnya sang rembulan yang akan memperlihatkan terangnya cinta kepadaku.

"Maaf mbak, Kantor PMIK di mana ya?" Tanyanya ulang.

Ahh..suara itu, wajah itu, wajah yang sangat familiar menurutku, ya..suara itu, aku sangat mengenalnya, suara berat pun serak-serak basah mengingatkanku akan seseorang yang pernah mengisi hari-hariku.

ketika senyum ini tak lagi merekah bak sekuntum mawar yang sedang bercumbu mesra  dengan sang kumbang yang gagah, bukan hanya itu, ia juga mampu merubah hidupku yang hampir terjatuh kedalam jurang kenistaan yang laknat lagi curam muram,.

Ahh..Rizqi Permana seandainya kamu masih disini, seandainya kamu tidak pergi meninggalkanku sebatang kara disini, mungkin saat ini kita bisa merangkai bunga-bunga cinta yang indah, menerobos dinding awan yang selalu tersenyum melihat tingkah lucu kita, mengukir nama kita di daun pintu syurga, sebagai bukti bahwa cinta kita pernah bersemi diatas sana.

"Maaf mbak, Kantor PMIK di mana ya?" Tanyanya ketiga kalinya kepadaku.

"Ahh...laki-laki ini membuyarkanku dari lamunan saja" Bisikku dalam hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline