Belakangan ini, ada istilah dry-aged steak/beef yang sedang trend dalam restoran-restoran steak. Mungkin anda pernah mendengarnya, namun seperti apakah sesungguhnya daging yang di dry-aged? Daging yang di-dry aged seperti yang anda duga, yaitu daging yang diawetkan dengan cara dikeringkan dengan garam selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan. Proses pengeringan ini bertujuan untuk melembutkan daging hingga mendapatkan kelezatan dan kekenyalan yang pas. Pada dasarnya, ini adalah teknik masak original yang digunakan oleh masyarakat zaman dulu sebelum zaman modern.
Pasca-Perang Dunia ke-2, dengan teknik industri yang semakin meningkat, lahirlah proses vakum daging dalam kemasan. Proses ini memang terbilang menguntungkan karena tidak hanya melembabkan daging, namun juga tidak mengurangi beratnya. Namun, kelemahannya cita rasa asli daging menghilang. Karena ini pun berubah menjadi norma masyarakat selama bertahun-tahun, maka masyarakat pun jadi lupa akan cita rasa daging asli. Baru pada awal abad ke-21 ini, masyarakat mulai kembali ke teknik lama yang digunakan para pendahulu dalam mengawetkan daging untuk steak berkat kesadaran untuk melestarikan teknik-teknik yang ditinggalkan oleh pendahulu.
Teknik dry-aging sangat populer di restoran steak, tidak terkecuali restoran steak terkenal Denmark, MASH. MASH adalah steakhouse asli milik Denmark semacam TGI. FRIDAY's yang sejauh ini telah memiliki cabang di luar negeri yaitu Inggris dan Jerman. Meski mereka melabeli diri mereka sebagai "American Steakhouse", jika melihat menu mereka di bawah (dalam link) terlihat bahwa steakhouse tersebut tampak condong ke gaya Eropa daripada Amerika dengan adanya beberapa masakan khas Eropa seperti Pasta dan caviar, serta Foie Gras.
Daging andalan mereka adalah daging lokal khas Denmark yang di-dry aged seperti yang saya bilang di atas. Masa waktu proses dry-aging yang dilakukan oleh MASH sepanjang 90 hari dan jenis daging yang mereka pilih untuk di-dry age adalah jenis ribeye.
Saya memesan daging ribeye medium rare yang di dry-aged tersebut dengan tambahan Foie Gras di atasnya. Steaknya kupesan bersama Garlic and Thyme Jus. Berkat teknik dry-aging pada daging, dagingnya menjadi sangat lembut dan mudah dikunyah. Karena di dry-age, dagingnya tidak terlalu perlu banyak bumbu. Saus yang dituangkan di atas pun tidak terlalu berat dan terasa pas dengan dagingnya. Foie Gras yang ditambahkan di atas steak terasa lembut meleleh di lidah seperti tahu dan berpadu dengan daging yang kenyal.
Steaknya pun dimasak dengan kematangan pas dan bumbu yang sederhana, yaitu garam dan merica. Selain itu, anda juga bisa memesan berbagai hidangan sampingan. Hidangan sampingan yang kupilih adalah chili fries yang crispy dan ditaburi bubuk cabai pedas.
Daging yang enak bukan hanya berkat cara mengolahnya, namun juga darimana daging itu berasal. Karena Denmark merupakan negara dengan industri peternakan yang maju, maka daging dari sapi yang diternakkan pun memiliki kualitas tinggi yang tidak kalah oleh daging wagyu sekalipun. Ini berkat komitmen para petani Denmark untuk bahan yang berkualitas dan bebas zat aditif.
Jika anda ingin merasakan produk daging lokal Denmark berkualitas tinggi saat berkunjung, maka #mashsteak adalah pilihan yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H