Betapa dalam hidup, saya senantiasa ingin mengontrol, memastikan dan mengendalikan. Semua akan saya upayakan berjalan sesuai keinginan. Mengendalikan pekerjaan, kesehatan, hubungan sosial, emosi, dll. Saya akan menolak atau menghindar dari keadaan yang tidak saya senangi. Sungguhpun sebenarnya agak konyol, karena sejatinya saya tidak pernah punya kuasa atas segala hal tersebut.
Itulah alasan mengapa belakangan ini saya mulai belajar mempraktikkan prinsip "Melepaskan Kendali". Saya akan menjalani apa yang berada di luar kendali saya dengan ikhlas. Saya akan melepaskan kontrol terhadap dunia, terhadap orang lain, bahkan terhadap perasaan saya sendiri.
Saya akan menemani tiap momen dan rasa yang hadir dengan apa adanya. Alih-alih meredakan perasaan marah atau kecewa dengan memakan kudapan atau minuman kekinian penuh gula, saya hanya akan berdiam diri. Merasakan bagian tubuh yang bereaksi saat perasaan itu bergejolak. Kemudian perlahan-lahan mengamati dan merelakan perasaan itu hilang dengan sendirinya. Saya baik-baik saja.
Apakah ini berarti saya sedemikian pasrah dan pasif menerima keadaan? Tidak demikian. Sebaliknya, saya justru dapat lebih jernih dalam bersikap dan bertindak. Menjadi tidak mudah teralihkan ketika mengalami suatu hambatan, misalnya dalam pekerjaan atau pembelajaran. Pada akhirnya, penerimaan tersebut membuat saya bisa menjaga prinsip dan nilai-nilai yang saya anggap penting.
Ahh..sudah, jangan terlalu serius membaca tulisan seorang pemrogram yang tak kunjung menemukan solusi sebuah bug, seharian :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H