Lihat ke Halaman Asli

Candika Putra Purba

Pengajar Bahasa Indonesia

Masa-masa Sengsara

Diperbarui: 6 Februari 2024   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Pribadi

Sampai sekarang, saya masih sulit untuk menerima kenyataan bahwa setiap manusia memiliki momen untuk bahagia dan momen untuk bersedih. Momen bahagia berarti manusia merasa bahwa dirinya berarti, tidak ada beban yang sangat amat berat, dan merasa nyaman dengan hidupnya. Namun, momen sedih berarti kebalikan dari semua unsur bahagia. Merasa tidak berharga, merasa tidak dibutuhkan, dan sangat tidak nyaman dengan kehidupan yang dijalani.

Sebagai manusia, pasti hal tersebut akan terjadi. Dan waktu terjadinya juga tidak dapat diprediksi ataupun direncanakan. Dan ketika itu sudah hadir, maka hidup akan sengsara jika tidak segera diselesaikan. Saat ini, saya sedang berada pada momen yang sengsara. Merasa begitu banyak beban yang harus saya pikul dan begitu banyak masalah yang harus saya selesaikan. 

Saya tahu bahwa saya perlu untuk menyelesaikannya agar saya tenang, namun di lain hati saya ingin terbebas. Dari hal ini, saya menyadari bahwa konsep kebebasan yang saya punya masih keliru. Saya masih menganggap bebas sebagai hal yang tidak ada masalah ataupun tanggung jawab. Padalah itu salah. Seorang yang punya tanggung jawab pun bisa merasa bebas dan bahagia.

Lalu, apa yang harus dilakukan? Mengubah pola pikir. Hidup manusia yang tanpa masalah dan beban akan membuatnya menjadi manusia yang bodoh dan tidak berkembang. 

Manusia yang terus menerus bergumul akan menemukan kebahagiaannya kelak. Kalau kata orang banyak "semua tergantung pola pikir". Untuk itu, stop fokus pada masalah, namun fokus pada pertumbuhan dan perkembangan apa yang akan kita petik jika menyelesaikan tahapan saat ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline