Lihat ke Halaman Asli

Candika Putra Purba

Pengajar Bahasa Indonesia

Hal Aneh Lagi

Diperbarui: 15 Juni 2022   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Pribadi

Hidup itu rumit. Hahahah entah apa yang kualami, kenapa hari ini aku berani mengatakan tiga kata itu. Tapi, jujur, hari ini sedikit berbeda. Masa-masa menjelang libur seharusnya bisa menjadi masa yang menyenangkan, tapi kenapa aku tidak? Apakah ada yang salah? Apakah aku memang tidak pantas untuk bahagia? Atau apa?

Aku benci dengan perasaan. Satu hari sebelum hari ini, aku berbagi dengan salah seorang teman. Kukatakan bahwa aku sudah menjadi manusia tanpa perasaan. Aku mencontohkan padanya tentang rasa senang dan rasa sedih. Aku tak sedih jika kalah, namun tak bahagia jika menang. Semuanya terasa hambar dan rasa hambar itu mengantarkanku pada sebuah kesimpulan bahwa aku sudah mati rasa, tidak ada rasa yang membekas di jiwa.

Ternyata aku salah

Aku terlalu bodoh karena hanya membatasi rasa hanya dalam kecewa dan bahagia. Rasa lebih daripada itu, perasaan lebih luas dari itu, kadang ada perasaan yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, hanya dapat dirasakan.

Dan hari ini, aku kembali membenci perasaan. Perasaan yang selalu menyakiti hatiku adalah perasaan 'tidak enakan'. Aku sudah sering bertemu dengan perasaan ini, di kampus, di rumah, di supermarket, di tempat kerja, dan di tempat yang lainnya. Dan setiap kali bertemu dengannya, aku hanya bisa berusaha bertahan dan berjuang untuk keluar dari lingkungannya.

Satu hal yang pasti adalah bahwa aku harus menyelesaikannya. Aku harus mampu mengalahkannya, aku tidak boleh tertindas, aku tidak boleh menjadi sosok yang kalah, aku harus menang. Hari ini, aku tidak enakan karena harus membebani orang lain. Sejujurnya, hanya aku yang merasa bahwa aku membebani dia, mungkin saja dia tidak merasa keberatan sama sekali.

Aku membutuhkan pertolongannya, tapi aku selalu merasa tidak enakan ketika meminta pertolongan darinya. Lalu, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku akan terus merasa terpuruk dan tidak akan meminta pertolongannya, atau aku harus memberanikan diri, tidak merasa membebani dan melanjutkan kehidupan? Sungguh pilihan yang berat, tapi biarlah ini bisa menjadi pelajaran bagiku untuk ke depannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline