Lihat ke Halaman Asli

Candika Putra Purba

Pengajar Bahasa Indonesia

#5: Entah Apa yang Terjadi

Diperbarui: 2 Juni 2022   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Dok Pribadi

01 Juni 2022, tepat ketika negara Indonesia sedang merayakan hari Pancasila, aku juga sedang merayakan sebuah keanehan. Pagi ini, aku bangun dengan biasa saja. "Biasa saja" yang aku maksud dalam hal ini adalah tidak merasakan pergumulan yang kemarin kurasakan. Mungkin, jika kalian mengikuti diari ini dari hari pertama, kalian akan tahu bahwa aku sedang berjuang terhadap sebuah hal, sebuah keirian dan kebencian.

Mungkin kalian masih ingat dengan setiap tokoh dalam pergumulanku ini. Aku sering merasa iri terhadap orang lain, padahal aku bisa memilih untuk tidak iri. Sering takut jika orang lain lebih baik dibandingkan dengan aku. Sering takut jika aku ketinggalan informasi, dan sering cemas jika aku tidak sama dengan orang lain. Aku menganggap bahwa jika kami sama, mungkin aku akan bisa berteman dengan mereka dengan baik. Sebuah pemikiran yang dangkal.

Namun, pagi ini aku benar-benar heran. Aku tidak tahu kenapa aku bisa bangun dengan damai. Tanpa memikirkan keirian tersebut. Kemarin, sebelum aku tidur, aku sempat memikirkan bahwa kondisi yang kualami saat ini merupakan kondisi yang wajar, yang dirasakan oleh orang banyak juga. Jadi, tidak perlu dikhawatirkan. 

Namun, di sisi lain, walaupun kondisi ini dialami oleh sebagian banyak orang, tentu saja aku tidak bisa menganggap remeh. Aku harus menyelesaikannya dengan baik. Mungkin penyelesaiannya tidak bisa berlangsung dengan cepat, namun aku harus tetap konsisten memeriksa setiap perasaan yang kualami.

Aku merasa bahwa ini adalah sebuah kemajuan. Walaupun tidak dapat dipastikan bahwa aku sudah sembuh, tapi dengan adanya perasaan ini, aku jadi tahu bahwa setiap pergumulan itu selalu sementara. Akan ada masa ketika aku mengkhawatirkan banyak hal, tapi ada saatnya kekhawatiran itu akan berujung. Semuanya tergantung pada bagaimana kita mengolah semuanya.

Sejujurnya, aku berharap hal ini terus bertumbuh, aku berharap aku tidak stop dalam hal ini. Semoga pagi hari ke depannya bisa terjadi dengan lebih luar biasa.

Sungguh tidak enak jika kita harus bergulat dengan permasalahan keirian. Aku sadar, sekarang aku dalam kondisi krisis, kondisi yang masih terus berjuang menikmati hidup, mencari makna hidup. Semoga permasalahan-permasalahan seperti ini bisa mendewasakan aku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline