Lihat ke Halaman Asli

Candika Putra Purba

Pengajar Bahasa Indonesia

"The Voice" Dalam Pembelajaran

Diperbarui: 19 April 2022   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Pribadi

Saya punya pengalaman yang lumayan unik bagi saya. Pengalaman ini saya dapatkan ketika saya mengajar sebuah topik di sebuah kelas. Topik yang tidak terlalu saya mengerti dan kelas yang tidak terlalu saya cintai. Namun, dalam perpaduan kedua hal itu, sebuah pengalaman yang unik terjadi. Pengalaman yang mungkin tidak akan pernah saya lupakan, kenangan yang mempererat hubungan saya dengan anak-anak yang dulu tak pernah menganggap saya, pengalaman yang membuat saya senang dan dikenang.

Semua guru bahasa Indonesia seharusnya tahu bahwa topik Teks Tanggapan merupakan topik yang diajarkan di kelas 9 atau kelas 3 SMP. Sama seperti namanya, dalam teks tanggapan, hal yang dipelajari adalah tanggapan terhadap sebuah hal. Saya tidak tahu bagaimana setiap guru bahasa menjelaskan topik ini. Saya juga tidak terlalu paham cara setiap guru tersebut menentukan tujuan pembelajarannya. Namun, bagi saya, pembelajaran teks tanggapan ini bertujuan untuk membimbing setiap anak agar dapat menanggapi dengan baik.

Dalam hidup siswa, pasti kegiatan menanggapi bukanlah hal yang jarang ditemukan. Bahkan, setiap hari, siswa akan melakukannya. Untuk itu, seharusnya topik ini bukanlah topik yang jauh dari kehidupan siswa. Dan, dengan hal itu, saya akhirnya mengajarkan siswa bagaimana cara memberikan tanggapan secara lisan dan tulisan. Saya mengingatkan bahwa ketika menanggapi, hal yang tidak bisa dilakukan adalah menggunakan kata-kata yang tidak baik, selain itu, ketika menanggapi, hal yang harus dilakukan adalah melihat dan memahami secara keseluruhan. Saya juga mengingatkan bahwa ketika memberikan tanggapan, tidak cukup hanya memberikan masukan, namun kita perlu memaparkan tindakan-tindakan nyata yang dapat membangun.

Untuk mengajarkan hal itu, saya mengajak anak didik saya melakukan kegiatan "The Voice" dalam kelas. "The Voice" merupakan salah satu acara di TV yang berusaha untuk mencari penyanyi terbaik. Setiap kontestan yang tampil akan diberikan tanggapan dan komentar. Dalam kelas, yang berperan menjadi juri adalah setiap siswa dan yang menjadi kontestan adalah saya (saya senang bernyanyi). Sebelum memulai, saya mengatakan kepada mereka untuk tidak ragu dan tidak enggan untuk memberikan tanggapan. Saya menekankan bahwa kami pada saat itu bukanlah guru dengan siswa, namun juri dengan kontestan, sehingga seharusnya tidak ada rasa segan yang dapat menghambat keobjektifan penilaian mereka. Namun, sebagai anak SMP, tentu mereka akan memendam rasa segan itu.

Kegiatannya berjalan dengan lancar. Terdapat anak-anak yang aktif memberikan masukan dan mengomentari dengan lantang, namun ada juga anak yang tidak terlalu berani untuk memberikan masukan. Namun, kelihatannya mereka sangat menikmati hal itu.

Pengalaman itu menjadi menarik karena siswa sangat tertarik. Selain itu, mereka juga menjadi lebih paham bahwa ketika memberikan tanggapan, ada hal-hal yang harus diperhatikan. Sekarang, ketika saya bertemu dengan mereka, hal yang mereka ingat adalah "The Voice" yang pernah kami lakukan.

Dan dari hal ini, saya mengerti beberapa hal, yaitu:

  • Sangat penting bagi guru untuk mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa.\
  • Guru bahasa tidak hanya mengajar bahasa, tapi mengajar moral juga
  • Kita tidak tahu waktu ketika pengalaman unik hadir di hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline