Lihat ke Halaman Asli

Candika Putra Purba

Pengajar Bahasa Indonesia

Guru Juga Manusia Weh

Diperbarui: 12 April 2022   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Pribadi

Hari ini, ada kejadian yang sedikit menakutkan, menyeramkan, mengkhawatirkan, dan meng-meng yang lainnya. Kejadiannya dimulai ketika saya masuk ke dalam kelas. Sejak awal, perasaan saya untuk masuk ke dalam kelas tersebut sudah terganggu. Sebenarnya, pertemuan hari ini bukanlah pertemuan pertama saya dengan mereka, namun entah mengapa, saya merasa gugup dan takut. Takut jika anak tidak menghargai saya, takut jika mereka mengabaikan saya, takut jika mereka tidak mendengar instruksi dari saya, dan ketakutan-ketakutan lain. Umumnya, ketakutan seperti ini bukanlah ketakutan yang bertahan lama, namun tidak tahu mengapa, hari ini ketakutan ini seperti lengket dengan erat dan tidak terselesaikan hingga kelas berakhir.

Sepanjang pembelajaran, semua agenda kelas dapat terlaksana dengan baik, namun perasaan gugup saya tidak berhenti. Saya memikirkan banyak hal, fokus saya juga akhirnya tidak bisa tenang sehingga saya mengurangi interaksi dengan anak-anak di dalam kelas. Saya lebih banyak diam, lebih banyak memperhatikan laptop saya dibandingkan berkomunikasi dengan mereka. Untungnya, salah satu agenda hari ini adalah menulis sebuah artikel, jadi saya menyuruh mereka untuk melanjutkan pengerjaan artikel tersebut. Satu sesi saya habiskan untuk mengulang pembelajaran dan satu sesi selanjutnya adalah waktu untuk mereka melanjutkan pengerjaan artikel

Sesi pengerjaan artikel berjalan dengan kondusif. Bisa dibilang berjalan dengan sangat diam. Anak-anak sibuk mengerjakan di depan laptop mereka dan saya juga mencari kesibukan lainnya. Pada saat-saat seperti itu, kadang saya merasa tidak percaya diri dengan semua pembelajaran yang saya lakukan. Tugas-tugas yang saya berikan seperti tugas yang tidak relevan, rubrik yang saya gunakan juga seperti rubrik yang tidak bermutu. Saya kadang merasa kalau cara berbicara dan intonasi bicara saya tidak akan pernah menarik perhatian mereka dan kekhawatiran lainnya.

Lalu, apa yang saya dapat pelajari dari kejadian seperti ini? Saya belajar menerima. Saya kembali diingatkan bahwa guru ataupun pengajar yang selalu digugu dan ditiru adalah manusia biasa juga. Tidak sempurna, tidak akan pernah lepas dari kesalahan. Kejadian hari ini adalah bukti bahwa saya juga manusia. Saya memiliki rasa takut, memiliki rasa khawatir, memiliki banyak kekurangan. Jujur, hati saya sangat tidak tenang dan ingin meledak, tapi saya hanya bisa menerima.

Mungkin, untuk guru-guru yang mengalami kejadian dan perasaan yang sama, satu hal yang saya hendak sampaikan adalah belajarlah untuk menerima. Jika suatu saat, kalian mengalami kejadian yang sama atau yang lebih buruk, silakan terima saja. Terima dan kemudian perbaiki dengan pelan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline