Berawal dari keprihatinan melihat perjuangan orangtua sebagai peternak sapi, sosok ini menciptakan sebuah alat yang terbukti menjadi solusi untuk permasalahan yang dialami banyak UKM.
Amanat orangtua mendorong Hadi Apriliawan memproduksi mesin pengawet susu yang dikenal dengan susu listrik (Sulis). Bertahun-tahun keluarganya yang sebagian besar berprofesi sebagai peternak sapi menghadapi permasalahan yang sama di Desa Sragi, Banyuwangi. Susu yang diperah pada pagi hari menjadi basi pada sore harinya karena tidak dilakukan pengawetan.
Mau tidak mau peternak harus menyetor susu dengan harga murah ke industri besar karena kualitasnya berkurang. Susu yang basi dan tak laku dijual terpaksa dibuang sia-sia. "Harga tersebut tidak menutupi ongkos merumput dan ongkos pegawai," tutur Hadi yang ditemui penulis pada pertengahan Desember lalu di Malang, Jawa Timur.
Pada 2007 Hadi yang masih menempuh pendidikan di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya memulai penelitian. Ia lantas mencari artikel yang mengulas perihal pengawetan.
Hingga Hadi membaca salah satu artikel di jurnal internasional Jepang yang menyatakan, sushi mentah yang dikonsumsi orang Jepang sebelumnya diberi perlakuan kejut listrik (pulse electric field). Tujuannya membunuh bakteri yang terkandung di sushi tersebut. "Bakteri di daging bisa mati, tentu di susu juga bisa," kata Hadi.
Selama 2,5 tahun Hadi melakukan penelitian, trial error hingga mencapai frekuensi dan tegangan tertentu yang bisa menurunkan bakteri pada susu sekecil mungkin. Bakteri itu yang membuat makanan cepat membusuk.
Semakin sedikit bakteri dalam suatu produk semakin lama umur simpannya. "Kami uji coba dan mendapat masukan dari peternak itu sendiri. Kekurangan segera diperbaiki di workshop kami untuk mendapat hasil yang bagus," ujar Hadi yang lahir di Banyuwangi, 21 April 1989.
Keberhasilan yang diraih saat ini bukanlah tanpa kendala. Dalam proses penggarapan tidak sedikit hambatan yang ditemui, diantaranya penolakan dari dosen yang awalnya menilai Sulis tidak masuk akal. Selain itu anggota tim yang berganti-ganti. "Saat diberi perlakuan kejut listrik bakteri tidak turun melainkan naik. Kesalahan frekuensi dan tegangan berkali-kali kami alami," ujar Hadi yang selanjutnya berkolaborasi dengan beberapa mahasiswa jurusan teknik elektro untuk membantunya.
Melalui Sulis berbagai prestasi berhasil diukir Hadi di ajang kompetisi tingkat provinsi, nasional bahkan internasional, seperti medali emas pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXIII Tahun 2010 dan juara pertama pada Global Innovation Through Science and Technology Tahun 2010 di Abu Dhabi. Menurutnya kompetisi itu bermanfaat dalam hal menambah pengalaman dan relasi.
Jika memenangkan kompetisi tentunya memunculkan keingintahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan. Tak hanya itu hadiah kompetisi berupa uang bisa digunakan sebagai dana penelitian.
Secara garis besar Sulis merupakan invensi pengawetan susu dengan mengandalkan aliran listrik. Hasilnya susu yang lebih sehat dan tahan lama. Sulis mampu memperpanjang usia susu dari dua hari menjadi dua minggu.
Sulis menggunakan stainless steel atau baja anti karat dengan standar food grade sehingga makanan atau minuman aman dikonsumsi. Kerangkanya dilas dengan sistem argon yang lebih rapi dan halus dibandingkan las biasa. Perakitan Sulis membutuhkan waktu 5 hari.