Tidak kalah terhormatnya memenuhi permintaan pasar dalam negeri ketimbang Indonesia dibanjiri produk dari negara lain. Promosi 'pakai produk Indonesia keren' perlu terus digencarkan.
Sehubungan dengan pernyataan tersebut, penulis berkesempatan mewawancarai pelaku UKM dari Manado, Sulawesi Utara di ajang Trade Expo Indonesia 2018.
La Aji Lukas memulai usaha yang berbasis kayu kelapa pada 2006. Sebelumnya ia bekerja selama lebih dari 20 tahun di perusahaan kayu kelapa di Manado. Lukas menabung sedikit demi sedikit untuk membeli mesin. Setelah dirasa memiliki modal yang cukup, ia mengundurkan diri.
Sehari-hari Lukas dibantu empat karyawan. Varian produk UD Ester Mandiri, diantaranya wadah tissue, wadah pena, dan furniture. Lukas melayani semua permintaan konsumen, termasuk mereka yang mengajukan desain sendiri.
Selama ini Lukas bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Manado. Keterlibatannya di TEI untuk pertama kalinya tidak lepas dari bantuan dinas.
Bersama rekan pelaku UKM, Lukas terpilih mewakili Sulawesi Utara dalam program Designer Dispatch Service yang diadakan Kementerian Perdagangan (Kemendag). "Saya bersyukur dan berterima kasih kepada Kemendag. Ternyata yang selama ini kami impikan dan pikirkan sangat membantu kami. Saya tidak bisa membalas semua itu," ujar Lukas.
Setelah mengikuti TEI, Lukas mengaku sangat puas dengan pelayanan Kemendag. Itu di luar dugaannya. Lukas memperoleh banyak kenalan baru. Selain itu ia disatukan dengan pelaku UKM dari 34 provinsi di Indonesia. Mereka saling mendukung. "Kami khususnya di Indonesia Timur dengan batasan jarak bisa juga sampai ke atas," kata Lukas.
Lukas berharap pengalamannya mengikuti TEI bisa menyemangati pelaku UKM di Sulawesi Utara. Selama mengikuti TEI, Lukas mendapat banyak respon. Peminat produknya, antara lain Meksiko, Perancis, dan Arab Saudi. "Kemarin ada yang memaksa beli produk untuk sampel. Saya sampaikan bahwa produk di sini hanya display," kata Lukas.
Pemasaran produk UD Ester Mandiri dilakukan melalui pameran yang diselenggarakan, diantaranya oleh dinas pariwisata dan dinas koperasi. Penjualan produk tersebut dalam jumlah kecil telah mencapai Perancis, Australia, dan Belanda.
Selain itu produk dipasarkan di delapan galeri di Manado. Lukas menilai pasokan cinderamata berciri khas Manado terbilang kurang. Pasalnya perajin yang memiliki skill baik juga sangat kurang. Padahal bahan baku kelapa melimpah di wilayahnya. Lukas juga mengakui peralatan yang didatangkan dari Jawa ke Manado mengalami kenaikan harga. "Di Manado hanya ada enam sampai tujuh perajin yang masih eksis," tutur Lukas.
Lukas selama ini hanya fokus pada kebutuhan pasar lokal. Setelah mengikuti TEI, ia mendapat pencerahan bahwa ada kebutuhan dari pasar luar negeri. Mereka menyukai desain natural dan simpel serta multifungsi.