Keberanian, kepercayaan diri, dan kualitas yang terukur mendorong komunitas ini secara tidak langsung telah melakukan pendidikan dan pengenalan budaya Flores Timur kepada anak muda Flores khususnya dan orang di luar NTT umumnya. Upaya melawan lupa, mengingatkan kembali kepada budaya Flores bagi para orangtua yang merantau.
Sejarah Orang Muda Flores Timur Jakarta (OMFJ) diawali dengan terbentuknya Keluarga Besar Mahasiswa Flores Timur Jakarta (KBMFTJ) sekitar tahun 1994. Setiap masa memiliki kebutuhan dan persoalannya masing-masing. Saat itu masih sedikit pemuda Flores Timur yang merantau ke Jakarta. KBMFTJ sebatas menjadi ajang berkumpul saudara atau keluarga. Selanjutnya pada 2008 OMFJ yang diketuai Hendrikus Hali Atagoran sempat mengadakan seminar dan diskusi. Pada 2010 di bawah koordinasi Fransiskus Padji Tukan OMFJ aktif mengikuti turnamen futsal. Ketiadaan basecamp menyebabkan OMFJ sulit mengadakan kegiatan. "Tahun 2014 OMFJ sempat vakum dan baru dimulai awal 2017 ini," tutur anggota Divisi Sosial OMFJ Eda Tukan.
Pada 3 Desember 2017 OMFJ menggelar musyawarah besar di Wisma NTT. Sebelumnya panitia persiapan membahas dan menyusun AD/ART sebagai arahan dan dasar organisasi. Ditetapkan Hendrikus Fernandez Aikoli sebagai ketua OMFJ. Tercatat 40 anggota aktif OMFJ dengan rentang usia 20-25 tahun dan mayoritas mahasiswa. Mereka adalah pemuda-pemudi berbakat yang eksis di kampusnya masing-masing. Anggota OMFJ ingin melakukan aktivitas yang bermanfaat serta berbagi pengalaman dan pengetahuan selain menjalani perkuliahan. OMFJ menjadi pertemuan kebutuhan dan passion para anggota di perantauan.
Ada anggota dengan passion bisnis, sosial, hingga seni. Terdapat enam divisi di OMFJ, yakni sosial, seni budaya, pendidikan dan kaderisasi, humas, olahraga, dan wirausaha dengan programnya masing-masing. "Divisi sosial mempunyai program Lewotana Mengajar, Lewotana Menyapa, dan Lewotana Membaca melalui pengumpulan buku untuk didonasikan ke taman baca di Flores Timur. Sebenarnya program divisi sosial menjadi jualannya OMFJ," ujar Eda.
Misi OMFJ adalah Gelekat Lewo Gewayan Tana atau pengabdian kepada tanah air, membangun jati diri orang muda Flores Timur Jakarta yang kreatif dan berakar pada budaya lokal. Intinya OMFJ menjadi wadah pengembangan diri anak muda Flores Timur Jakarta, bukan hanya memberikan sesuatu untuk daerah juga menasionalkan OMFJ melalui promosi NTT. Selain itu menguatkan kapasitas diri orang muda Flores Timur secara intelektual, bakat, dan pemahaman baru sehingga pantas menjadi menjadi mitra kritis dan mitra pembangunan daerah. "Supaya anak muda Indonesia mengenal budaya Flores Timur dengan kemasan kekinian, dengan gaya OMFJ," kata Eda.
Sejak tiga bulan lalu Lewotana Mengajar sudah berjalan di Kalimalang. Setiap dua minggu OMFJ mengadakan kegiatan mewarnai dan menggambar. Konsepnya adalah bermain sambil belajar. Kegiatan tersebut diikuti 20-30 anak usia sekolah. Kalimalang dipilih dengan pertimbangan mudah diakses dan banyak anak hasil perkawinan Flores-Jawa atau Flores-Batak. Dengan demikian OMFJ berkesempatan menceritakan mengenai Flores, kampung halaman orangtua mereka.
Semula kegiatan di Kalimalang ini hanya diadakan selama tiga atau enam bulan. Mengingat peserta kegiatan di Kalimalang mayoritas Katolik, OMFJ tertantang mencari wilayah lain guna membangun komunikasi lintas agama. Namun pembina sekolah minggu ingin kegiatan ini berlanjut satu atau dua tahun ke depan. Ketiadaan modul membuat mereka terbantu dengan kehadiran OMFJ.
Ada model belajar yang lain. Secara pribadi Eda menemukan hal menarik saat mengajak Divisi Seni Budaya OMFJ memainkan musik akustik sambil anak-anak mewarnai. "Musik yang dimainkan ternyata merangsang kreativitas anak-anak sehingga hasil mewarnainya lebih baik," kata Eda.
Program Lewotana Menyapa dengan konsep berbagi kasih diwujudkan dengan menggelar pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan, games edukatif, panggung kreatif, dan lomba mewarnai pada 9 Desember lalu. Acara yang diselenggarakan di Kampung Ujung Burcin, Cipinang tersebut diikut 95 anak, belum terhitung orangtua. Awalnya OMFJ pesimis. Nyatanya respon dan antuasiasme anak dan orangtua besar sekali.
Anak-anak telah memenuhi lokasi pada jam 12 siang. Padahal acara dimulai jam 3 sore. Sebenarnya sering ada kegiatan di Burcin, tapi sebatas pemeriksaan kesehatan saja atau mengajar saja. Belum ada kegiatan satu paket. Eda memandang program Lewotana Menyapa di Burcin layaknya pesta kecil-kecilan untuk warga. "Orangtua bilang kalau bisa OMFJ rutin datang. Siapa yang tidak mau dapat bantuan gratis. Anak-anaknya juga dapat snack walaupun sederhana. Namun kami melihat kapasitas," ujar Eda.
Berprospek Ekonomi