Lihat ke Halaman Asli

Ignasia Kijm

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Lombok, Pesona Tanpa Batas

Diperbarui: 12 Februari 2016   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lombok, sebuah pulau di Nusa Tenggara yang dipisahkan oleh Bali di sebelah barat dan Sumbawa di sebelah timur menyuguhkan pesona yang sungguh memukau. Memikat wisatawan dari dalam dan luar negeri untuk menikmati keindahan alam, budaya, hingga kuliner yang tiada taranya.

 

Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 13 ribu pulau menjadi magnet tersendiri bagi siapapun untuk mengunjunginya. Bagaikan buku, Indonesia memiliki ribuan halaman yang siap dijelajahi. Pada 7 hingga 11 Februari 2016 penulis bersama empat Kompasioner, yaitu Sonta, Titin, Rustam, dan Azis didampingi Ida dan Fauzan dari Kemenko Maritim berkesempatan menjelajahi Lombok.

Bandara Internasional Lombok Praya menyambut kedatangan kami pada Minggu malam. Sugeng rawuh (selamat datang)! Dengan waktu perjalanan 30 menit kami meninggalkan bandara yang menggantikan Bandara Selaparang itu menuju hotel di Mataram. Wisata kuliner tak kami lewatkan. Tentunya dengan menu khas Lombok, yaitu Ayam Taliwang di  Warung Taliwang Muslimah, Cakranegara, Mataram. Ayam Taliwang ini disajikan dengan  tiga macam sambal, yaitu pedas, manis, dan timun bercampur bawang merah dan terong.

[caption caption="Mencicipi Ayam Taliwang. Photo credit: dokumentasi pribadi"][/caption]

Esok harinya kami mengikuti salah satu sesi seminar pada Hari Pers Nasional (HPN) 2016. HPN dilaksanakan pada 6-10 Februari 2016. Dalam acara tersebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyatakan, pers diharapkan bersama dengan masyarakat sipil mengawal demokrasi. Dalam konteks sejarah Indonesia, peranan pers sangat penting. Pers mengawal dan mengontrol demokrasi. Terkait dengan kemaritiman, Rizal memaparkan Indonesia memiliki garis pantai nomor dunia di dunia dan Presiden Jokowi ingin Indonesia menjadi negara maritim. Bagaimana membangun negara maritim? Pertama, membangun budaya cinta laut. Pengaruh maritim kuat pada jaman Sriwijaya, sampai ke Campa. Selama ini kita terlalu fokus ke darat, mari kembali ke laut. Kedua, memanfaatkan dan membangun industri maritim dengan  nelayan sebagai pilarnya.

[caption caption="Hari Pers Nasional 2016 mengusung tema 'Pers Yang Merdeka Mendorong Poros Maritim dan Pariwisata Nusantara'"]

[/caption]

Ketiga, membangun armada perikanan. Keempat, membangun taraf hidup nelayan. Di Indramayu akan dibangun the green fishing village, kampung perikanan dengan harapan nelayan hidup lebih baik. Akan ada pemberian asuransi gratis untuk enam bulan pertama. Preminya seharga satu bungkus rokok. Ketika nelayan mengalami kecelakaan, nelayan tersebut akan memperoleh perawatan sampai sembuh dan anak-anaknya sekolah gratis. Jika nelayan meninggal, keluarga akan mendapat Rp 36 juta. Kelima, infrastruktur dan konektivitas antarpulau. Selama ini paradigma pembangunan Jawasentris, selanjutnya  diubah menjadi Indonesiasentris. Tahun 2015 dibangun 15 bandara di Indonesia Timur. Ke depan alokasi diubah ke luar Jawa karena penduduk Jawa sudah mampu membiayai infrastruktur.

Rizal menjelaskan, kalau semua pihak fokus ke pariwisata, akan mengalahkan sektor migas. Apa strateginya? Pertama, bebas visa kepada 160-an lebih negara, kecuali negara dengan ideologi ekstrim atau negara dengan dampak Ebola. Kedua, menetapkan 10 lokasi wisata baru. Komitmen pemerintah, yaitu sektor maritim dan pariwisata. Untuk itu pemerintah minta dukungan dan kritik agar bila ada yang kurang bisa diperbaiki. Mari  bangkitkan Indonesia menjadi negara pemenang dan negara hebat!

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline