Food, in the end, in our own tradition, is something holy. It's not about nutrients and calories. It's about sharing. It's about honesty. It's about identity. -Louise Fresco-
Sharing, honesty, identity seakan menjadi kata kunci yang mengingatkan kembali perjalanan ke Bangkok, Thailand pada Juni 2014 silam. Kala itu saya bersama tiga teman bertualang ala backpacker ke negeri gajah putih itu. Walau hanya menghabiskan empat hari di sana, kepuasannya masih terasa hingga kini. Bagaimana tidak, kami dimanjakan dengan aneka kuliner Thailand yang membuat lidah ini terus bergoyang. Sebut saja beberapa di antaranya khao tom (sup nasi berisikan daging atau udang), khao mun gai (nasi ayam), hingga khao niao (ketan) yang dimakan bersama sayap ayam panggang. Khao niao ini kami jumpai di sebuah kaki lima dekat penginapan.
[caption id="attachment_381236" align="aligncenter" width="495" caption="Varian menu di Restoran Thai Alley dengan harga yang terjangkau. (sumber: https://www.facebook.com/ThaiAlley)"][/caption]
Namun di antara deretan makanan menggoda selera itu, satu yang menjadi favorit saya adalah kao niao ma muang (ketan dan irisan mangga matang) yang dilumuri santan dengan aroma gula merah. Pertama kali saya mencicipinya di sebuah kedai. Sungguh rasanya meninggalkan jejak yang melekat hingga keesokan harinya. Lidah ini menagih, kembali saya mencicipi di malam berikutnya.
[caption id="attachment_381229" align="aligncenter" width="300" caption="Kao niao ma muang (ketan dan irisan mangga matang) dengan saus santan yang menggugah selera. (sumber: https://www.facebook.com/ThaiAlley)"]
[/caption]
Pada malam hari dekat penginapan kami banyak sekali penjual makanan. -Tak perlu takut, berjalan-jalan di atas jam 10 malam cukup aman di Bangkok.- Dari makanan berat hingga ringan. Bahkan makanan ekstrim seperti kecoa goreng atau rayap goreng menjadi cemilan yang tak asing untuk orang Thailand. Bagi saya Thailand tak ubahnya surga makanan. Segala makanan yang sehat hingga junk food ada di sini. Bagi orang Indonesia, tak makan nasi rasanya belum lengkap. Beberapa menu Thailand menyuguhkan nasi hingga bihun. Bumbu rempah-rempah tak pernah lupa hadir di setiap menu Thailand. Bagai berada di rumah sendiri
Pesona Thailand di Jakarta
Untuk menikmati kuliner khas Thailand tak perlu jauh-jauh atau merogoh kantong dalam-dalam. Kini telah hadir Thai Alley, restoran yang mengusung konsep Authentic Street Thai Food. Restoran tersebut mengambil tempat di lokasi yang mudah dijangkau, Gandaria, Pacific Place, dan Puri Indah. Saya membayangkan jika diberi kesempatan mencicipi makanan Thailand di sana. Menu yang ingin saya cicipi adalah Krabi yaitu minuman jahe, lengkap dengan potongan serai dan daun mint. Seketika badan menjadi hangat. Apalagi di tengah musim pancaroba yang melanda Jakarta akhir-akhir ini. Krabi mampu menjadi penghalau datangnya penyakit. Selain itu Gai Har Bai Toey yakni ayam bumbu goreng dibungkus daun pandan dengan rasa yang gurih. Hmmm tak sabar merasakan pesona Thailand di Jakarta.
[caption id="attachment_381232" align="aligncenter" width="504" caption="Restoran Thai Alley menjawab kerinduan akan makanan Thailand. (sumber: https://www.facebook.com/ThaiAlley)"]
[/caption]
Makanan diyakini bisa menjadi pintu gerbang mengenal budaya bangsa lain dan merasakan identitas negara lain. Kalian yang belum menginjakkan kaki di Thailand tak ada salahnya bertandang ke restoran Thai Alley. Dijamin kalian akan merasakan makanan Thailand yang sesungguhnya. Tak hanya itu, aneka adat istiadat dan keramahan orang Thailand. Bukan tidak mungkin, setelah menyantap menu khas Thailand, Anda segera menarik koper ke sana. Sementara bagi saya yang sudah berkunjung ke Thailand, restoran Thai Alley laksana menghadirkan memorikota Bangkok.Khawp khun kha (terimakasih)!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H