Ini adalah kisah tentang saya, tetapi akhirnya tentang Anda
Ketika masih SMP, di daerah saya ada pertandingan bulutangkis untuk tingkat remaja, dengan berbekal latihan di halaman sekolah dan memakai raket "Yonex" murahan (berat) memberanikan diri mengikuti perlombaan tersebut.
Tidak terpikirkan, saya masuk final dan lawan saya sangat hebat karena dia memiliki 2 orang pelatih sekaligus, raket yang dipakainya benar-benar "Yonex" yang ringan. Set pertama saya kalah, saya terus berjuang meski menguras tenaga, diset kedua saya menang tipis. Sepertinya nafas mau berhenti dan kaki sudah sulit untuk melangkah, apalagi meloncat.
Set ketiga dimulai dan saya selalu tertinggal sampai pada angka 7 dan lawan sudah mencapai angka 14. Sudah ingin pasrah, tidak ada harapan lagi, tinggal satu angka buat dia. Ketika saya siap untuk servis, mata saya menengok ke arah penonton sebelah kiri dan saya melihat ibu saya berdiri di antara penonton, kemudian dia mengangguk sambil tersenyum. Seluruh tubuh saya serasa kena sengatan listrik dan memantik semangat yang tidak pernah saya bayangkan.
Akhirnya saya bisa memenangkan pertandingan tersebut dan mendapatkan 2 buah kaos putih bermerek "Swan". Ibu merupakan coach buat saya, dan Anda semua pasti memiliki seorang Coach, dan sudah saatnya setiap pemimpin mampu menjadi Coach buat timnya.
Saya bisa merasakan kebahagiaan Greysia dan Apriyani di ajang pertandingan bergengsi dan menjadi momentum kebangkitan bangsa Indonesia yang saat ini sedang mengalami pandemi dan merupakan hadiah ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke 76.
Selamat Greysia dan Apriyani, kalian bisa berprestasi melampaui apa yang kalian perkirakan.
Menurut Jansen Sinamo, sejatinya seorang anak dibentuk oleh 3 fungsi selama hidupnya: orangtua, guru, dan pemimpin; sampai anak itu kemudian mampu menjalankan trifungsi tersebut. Trifungsi itu menjadi satu dalam proses yang disebut coaching. Bayangkan 3 lingkaran yang saling simetris berpotongan. Bidang inti perpotongan ketiganya, itulah coaching. Jadi coaching adalah sinergi 3 jantung ilmu: keorangtuaan, keguruan, dan kepemimpinan.
Anak dipahami sebagai banyak potensi yang sedang tumbuh (growing potentials). Coaching adalah proses mengembangkan potensi-potensi insani ini ke tingkat yang optimal. Contoh terkenal adalah Alexander The Great. Soal kemiliteran dan kenegaraan, ayahnya sendiri yang menjadi coach, Raja Philip II dari Makedonia. Soal filsafat dan kebudayaan, Aristoteles yang menjadi guru dan tutor baginya.
Sedemikian hebat coaching yang diterima Alexander, pada umur 20 tahun ia telah mumpuni menjadi raja dan jenderal. Dalam tempo 10 tahun saja Alexander berhasil menaklukkan Mesir, Babilonia, Persia, hingga India dan Afghanistan. Dalam imperium besar itu, 10 kota dengan namanya berhasil dibangunnya. Alexandria di Mesir, itu salah satunya.
Coaching adalah proses sentral pengembangan manusia: menjadi Alexander The Great, menjadi Albert Einstein, atau menjadi Soekarno.